Saya berembuk dengan para sesepuh dan mereka semua mendorong saya untuk bergabung."
Kabul (ANTARA News) - Seorang mantan anggota parlemen dan kepala daerah Afghanistan menyatakan, Kamis, ia membelot ke Taliban ketika kelompok itu berusaha memperkuat pengaruhnya sebelum penarikan pasukan tempur asing tahun depan.

Pejabat-pejabat pemerintah Afghanistan mengkonfirmasi bahwa Qazi Abdul Hai telah membelot ke Taliban namun menyebutnya sebagai pejabat tingkat rendah yang tindakannya tidak berdampak besar, lapor AFP.

"Saya yakin pasukan Amerika akan terpaksa keluar segera dan Emirat Islam memerintah Afghanistan," kata Hai menggunakan nama resmi Taliban, dalam sebuah rekaman video yang disiarkan di situs kelompok tersebut.

"Saya berembuk dengan para sesepuh dan mereka semua mendorong saya untuk bergabung," tambahnya.

Hai adalah senator di majelis tinggi parlemen untuk provinsi wilayah utara, Sar-e Pol, antara tahun 2004 dan 2008 dan juga pernah menjadi seorang kepala daerah.

"Ia membelot ke Taliban setelah pergi ke Pakistan sekitar empat bulan lalu," kata Mohammad Alam Ezedyar, deputi ketua majelis tinggi, kepada AFP.

"Alasannya mungkin kekhawatiran mengenai keselamatannya. Kita telah melihat operasi bertarget Taliban yang membunuhi pejabat-pejabat pemerintah," tambahnya.

Gubernur Sar-e Pol, Abdul Jabar Haqbeen, mengatakan, Hai adalah anggota Taliban selama kekuasaan kelompok itu pada 1996-2001 dan mengundurkan diri sebagai kepala daerah dengan alasan ia perlu perawatan kesehatan di luar negeri.

Taliban, yang memerintah Afghanistan sejak 1996, mengobarkan pemberontakan sejak digulingkan dari kekuasaan di negara itu oleh invasi pimpinan AS pada 2001 karena menolak menyerahkan pemimpin Al Qaida Osama bin Laden, yang dituduh bertanggung jawab atas serangan di wilayah Amerika yang menewaskan sekitar 3.000 orang pada 11 September 2001.

Sekitar 130.000 personel Pasukan Bantuan Keamanan Internasional (ISAF) pimpinan NATO yang berasal dari puluhan negara dikirim ke Afghanistan untuk membantu pemerintah Kabul memerangi pemberontakan Taliban dan sekutunya.

Gerilyawan Taliban sangat bergantung pada penggunaan bom pinggir jalan dan serangan bunuh diri untuk melawan pemerintah Afghanistan dan pasukan asing yang ditempatkan di negara tersebut.

Bom rakitan yang dikenal sebagai IED (peledak improvisasi) mengakibatkan 70-80 persen korban di pihak pasukan asing di Afghanistan, menurut militer.

Pada Oktober 2011, Taliban berjanji akan berperang sampai semua pasukan asing meninggalkan Afghanistan.

Presiden Afghanistan Hamid Karzai dan negara-negara Barat pendukungnya telah sepakat bahwa semua pasukan tempur asing akan kembali ke negara mereka pada akhir 2014, namun Barat berjanji memberikan dukungan yang berlanjut setelah masa itu dalam bentuk dana dan pelatihan bagi pasukan keamanan Afghanistan.

NATO bertujuan melatih 350.000 prajurit dan polisi Afghanistan pada akhir 2014 untuk menjamin stabilitas di negara itu, namun tantangan-tantangan tetap menghadang dalam proses peralihan itu.

Desersi, penugasan yang buruk dan semangat rendah termasuk diantara masalah utama yang menyulitkan para komandan NATO dan Afghanistan.


Penerjemah: Memet Suratmadi

Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2013