Phnom Penh (ANTARA News) - Lebih dari 100 pendeta Buddha Kamboja, Kamis sore (19/9), menyeru Raja Sihamoni agar menunda sidang pembukaan parlemen baru --yang dijadwalkan Senin pekan depan.

Aksi pendeta pro-oposisi tersebut dihentikan oleh barikade polisi di dekat Istana Raja saat mereka berpawai ke tempat tersebut.

"Yang Mulia mesti menunda pembukaan Sidang Nasional sementara sengketa politik mengenai hasil pemilihan umum belum dapat diselesaikan," kata Pendeta Buddha Yin Rattanak Sotheavy saat acara tersebut kepada Xinhua, yang dipantau Antara di Jakarta, Jumat pagi.

Negara itu menyelenggarakan pemilihan umum pada 28 Juli. Hasil resmi memperlihatkan Partai Rakyat Kamboja (CPP), yang memerintah pimpinan Perdana Menteri Hun Sen, meraih 68 dari 123 kursi di parlemen, dan oposisi Partai Penyelamatan Nasional Kamboja (CNRP), pimpinan Sam Rainsy, memperoleh sisa 55 kursi.

Namun CNRP menolak hasil tersebut, dan menyatakan terjadi kecurangan serius dalam pemungutan suara.

Raja Sihamoni pada Rabu (18/9) menyeru anggota terpilih oposisi agar menghadiri sidang pembukaan parlemen pada 23 September untuk memperlihatkan persatuan nasional. Namun Sam Rainsy telah mengatakan CNRP takkan menghadiri sidang tersebut kalau tak ada penyelesaian yang layak bagi penyimpangan yang diduga dalam pemungutan suara.

Perdana Menteri Hun Sen dan Sam Rainsy mengadakan pembicaraan pada Senin dan Selasa, dengan tujuan menemukan cara menembus kebuntuan politik tapi tak mencapai kesepakatan penting apa pun.

Hun Sen telah mengatakan partainya memiliki cukup banyak anggota parlemen untuk mengesampingkan boikot oposisi di parlemen dan membentuk pemerintah baru.

Penerjeman Chaidar Abdullah

Editor: Unggul Tri Ratomo
Copyright © ANTARA 2013