Jakarta (ANTARA) - Dokter Spesialis Telinga, Hidung, dan Tenggorokan Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM) dr. Ferucha Moulanda, Sp.THTBKL, FICS mengatakan asap rokok dapat menyebabkan iritasi pada nasofaring karena mengandung karsinogen dan bisa memicu kanker.

"Dihirup ada risikonya, dari nasal cavity, rongga hidung sampai ke nasofaring, sampai ke pita suara, sampai ke paru, efeknya banyak. Tidak hanya di nasofaring," ujar Ferucha dalam dialog dengan tema "Kanker Nasofaring dan Fakta yang Perlu Kamu Ketahui!" yang disiarkan RSCM di akun Instagram resminya di Jakarta, Kamis.

Dalam kesempatan itu, dia menjelaskan bahwa kanker itu disebabkan oleh dua hal, yaitu genetik dan infeksi. Selain dari rokok, baik rokok biasa maupun elektrik, zat-zat karsinogen ada dari sumber-sumber lain, seperti polusi. Dia mengatakan hal ini sering dialami oleh pekerja-pekerja yang ada di pabrik.

Selain itu, Ferucha mengatakan bahwa terdapat makanan yang juga dapat memperparah iritasi terhadap nasofaring. Misalnya, makanan yang dibakar, mengandung pengawet, berminyak, atau junk food.

Dokter itu menjelaskan, iritasi yang terus-menerus pada area nasofaring dapat menyebabkan perubahan pada jaringan, dari yang awalnya sehat kemudian kena nasofaringitis, kemudian jadi displasia, kemudian metaplasia, hingga karsinogenesis, atau pembentukan sel kanker.

Dia menjelaskan, risiko kanker dapat diperparah oleh kurangnya aktivitas.

Baca juga: PDPI: Bahaya rokok elektonik sama dengan rokok konvensional

Baca juga: Tiga bahan berbahaya rokok elektrik dan efek buruk pada kesehatan


Terkait harapan hidup, Ferucha menuturkan, dengan asumsi bahwa pasien mengikuti terapi dan pengobatan secara disiplin, maka pada stadium satu kemungkinannya sebesar 88 hingga 90 persen, kemudian stadium dua 72 hingga 75 persen, stadium tiga pada angka 60 hingga 65 persen, dan stadium empat 45 hingga 49 persen.

Menurut dia, ada sejumlah langkah yang dapat dilakukan agar dapat mencegah seseorang terkena kanker nasofaring. Bagi yang bekerja di pabrik, ujarnya, perlu menggunakan alat perlindungan.

Selain itu, dia mengatakan bahwa makanan yang sehat, aktivitas fisik, dan pola hidup yang seimbang juga diperlukan.

Dia menilai, aktivitas fisik atau olahraga penting, agar fungsi jantung dan pembuluh darahnya baik, sehingga apabila sel rusak dapat segera diganti dan tidak sampai ke tahap pembentukan sel kanker.

Dalam kesempatan yang sama, Dokter Spesialis Telinga, Hidung, dan Tenggorokan RSCM Dr. dr. Tri Juda Airlangga, Sp.THTBKL, Subsp. K(K) mengatakan, proses agar dapat benar-benar pulih dari kanker tersebut dapat memakan waktu hingga 15 tahun.

"Jadi, berhenti merokok. Satu menit sudah memperbaiki. Satu jam memperbaiki. Satu hari, satu bulan, satu tahun, terus memperbaiki. Untuk balik normal seperti sedia kalah biasanya butuh waktu bertahun-tahun. Jadi stop dari sekarang," katanya.

Baca juga: Komnas HAM sebut pemerintah harus jamin HAM dari bahaya rokok

Pewarta: Mecca Yumna Ning Prisie
Editor: Riza Mulyadi
Copyright © ANTARA 2024