IPAL anaerobik itu mampu memproses limbah cair pekat sebanyak 24 meter kubik per hari
Jakarta (ANTARA) - Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) menciptakan solusi alternatif pengolahan limbah industri tahu secara anaerobik yang mampu menghasilkan energi alternatif berupa biogas.
 
Peneliti Pusat Riset Lingkungan dan Teknologi Bersih BRIN Neni Sintawardani mengatakan proyek penelitian itu terletak di Dusun Giriharja, Kabupaten Sumedang, Jawa Barat, dan mendapat dukungan dari masyarakat setempat yang berprofesi sebagai penghasil tahu.
 
"Tujuan utama kami mengolah limbah tersebut agar layak buang. Kemudian melihat respon masyarakat setempat untuk mendukung dengan menyediakan lahan, dan sekaligus ikut aktif berperan dalam pengelolaan IPAL (Instalasi Pengelolaan Air Limbah),” kata Neni dalam keterangan di Jakarta, Kamis.
 
Industri tahu merupakan salah satu industri yang menghasilkan limbah organik berupa limbah padat dan limbah cair.
 
Limbah padat berasal dari proses penyaringan dan penggumpalan, sedangkan limbah cair dihasilkan dari proses pencucian, perebusan, pemadatan, hingga pencetakan tahu yang membuat volume limbah cair menjadi lebih tinggi.

Sedangkan, limbah cair tahu mempunyai bau busuk yang menyengat. Kondisi itu membuat limbah tahu berbahaya karena dapat merusak kualitas air sungai serta mengganggu warga sekitar.
 
Neni menuturkan pengelolaan limbah cair tahu dilakukan dengan mekanisme anaerobik. Limbah diproses dengan mekanisme anaerobik agar mikroba tidak bisa hidup bila ada udara sehingga harus tertutup.

Menurutnya, limbah tahu yang punya kandungan organik tinggi akan diuraikan oleh mikroba menjadi metana dan karbondioksida atau yang dikenal sebagai energi biogas.
 
Sistem pengaliran air limbah dari pabrik tahu juga dibenahi untuk memisahkan limbah cair pekat dengan limbah cair encer.
 
Keseluruhan limbah cair dari beberapa pabrik tahu skala kecil dan menengah disalurkan ke IPAL anaerobik. Teknologi yang dikembangkan BRIN tersebut bisa mengantisipasi fluktuasi limbah pada industri tahu skala pengrajin.
 
‘’Dengan kapasitas produksi tahu skala besar dalam satu hari, IPAL anaerobik itu mampu memproses limbah cair pekat sebanyak 24 meter kubik per hari. Dari situ dapat dihasilkan biogas yang disalurkan ke rumah warga Giriharja untuk kebutuhan memasak harian,” papar Neni.

Baca juga: BRIN ungkap potensi rumput laut jadi sumber energi alternatif
Baca juga: Lombok bakal punya pabrik biogas
 
Lebih lanjut dia menguraikan bahwa pengelolaan IPAL anaerobik selama ini dilakukan secara mandiri oleh warga yang sudah membentuk Kelompok Pengrajin Tahu Giriharja, dan diharapkan bisa menambah nilai guna dari unit tersebut.
 
Inisiasi awal IPAL anaerobik berasal dari masyarakat Giriharja yang peduli dengan kelangsungan kelestarian lingkungan.
 
"Ke depan, sebagian produk biogas akan disalurkan ke sistem pembangkit listrik sederhana guna memenuhi kebutuhan listrik untuk operasional IPAL anaerobik,” pungkas Neni.

Baca juga: Pemkot Jaksel siapkan solusi limbah ternak di Cikoko melalui biogas
Baca juga: Mahasiswa ITS gagas teknologi membran pengolahan biogas limbah POME

Pewarta: Sugiharto Purnama
Editor: Budhi Santoso
Copyright © ANTARA 2024