Jakarta (ANTARA News) - Hanya satu dari sembilan nelayan berkewarganegaraan Indonesia yang telah dibebaskan setelah mengalami penyanderaan di Somalia sejak 4 April 2006, memutuskan untuk kembali ke Indonesia, demikian diungkapkan Menteri Luar Negeri Hassan Wirajuda. "Mereka sudah dibebaskan, delapan orang memutuskan untuk melanjutkan kembali kontrak kerjanya di Korea dan hanya satu orang yang memutuskan untuk kembali ke Tegal, Jateng," kata Menlu di Gedung Departemen Luar Negeri (Deplu) Jakarta, Selasa. Kesembilan warga Indonesia yang bebas itu berasal dari Jawa Tengah seperti Tegal, Pemalang dan Slawi. Mereka terdiri dari Mulyadi kelahiran 16 Juli 1976, Rianto (lahir 19 Juli 1977), Nurul Iman (14 September 1981), Tarisno (19 September 1980), Wardono (4 Oktober 1980), Muh.Khujer (7 Desember 1973), Canusi (10 Februari 1984), Iswanto (12 Maret 1983), Mursaid (12 Desember 1979). Satu orang yang memutuskan untuk pulang ke tanah kelahirannya setelah dibebaskan adalah Mursaid yang diperkirakan akan tiba di Indonesia akhir pekan ini. Hassan mengatakan, pemerintah telah memerintahkan KBRI di wilayah Afrika yang paling dekat dengan Somalia, yaitu Kenya, untuk mengambil berbagai tindakan yang diperlukan untuk proses pemulangan dan berkoordinasi dengan perusahaan asal Korea Selatan pemilik kapal tempat para nelayan RI itu bekerja. Kabar tentang pembebasan sandera di Somalia itu sendiri diterima Pemerintah Indonesia pada tanggal 29 Juli 2006. Sembilan WNI itu disandera kelompok bersenjata di perairan Somalia, Afrika, bersama warga Korea Selatan, Cina dan Vietnam, dalam suatu aksi pembajakan kapal penangkap ikan berbendera Korsel `Dong Won 628` di sekitar 200 km perairan Somalia pada 4 April 2006. Kasus penyanderaan yang dialami oleh warga negara Indonesia tersebut bukan yang pertama kalinya terjadi di Somalia. Sebelumnya, yaitu pada 15 Agustus 2005, sekitar 14 warga Indonesia yang bekerja pada kapal milik perusahaan di Taiwan juga disandera oleh sebuah kelompok di Somalia. Keempat belas WNI itu disandera bersama 33 rekan mereka dari negara lain, yaitu 14 warga Cina, 12 Filipina, 4 Vietnam, dan tiga kapten kapal berkebangsaan Taiwan.(*)

Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2006