New York (ANTARA News) - Gelombang panas yang memanggang New York pekan lalu menewaskan 22 orang dan dikhawatirkan merenggut korban jiwa lagi, kata kantor kepala pemeriksa medis di kota tersebut, Senin. Ellen Borakove, wanita juru bicara bagi kantor pemeriksa medis, mengatakan korban jiwa tersebut tercatat penghujung pekan lalu dan jumlah korban jiwa dapat bertambah karena sengatan matahari dapat memiliki dampak jangka panjang. "Biasanya diperlukan waktu dua atau tiga hari," kata Ellen Borakove. "Saat gelombang panas berlanjut, kondisi itu membuat lemah sistem," katanya. Ditambahkannya, resiko terbesar dihadapi "orang yang dalam kondisi rentan". Korban jiwa pertama tercatat Kamis, hari terakhir suhu tertinggi ketika temperatur menembus rekor lama 38 derajat Celsius pada 1999, sewaktu indeks panas --yang mengukur kelembaban-- mencapai 44 derajat Celsius. Suhu menyulut pejabat kota untuk mengumumkan keadaan darurat untuk pertama kali, meredupkan lampu di monumen kota tersebut seperti Statue fo Liberty dan Empire State Building, dan memerintahkan pemasangan alat pengukur panas di bangunan umum, demikian AFP.(*)

Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2006