Jakarta (ANTARA) - Spesialis Anak Konsultan yang juga Guru Besar Ilmu Kesehatan Universitas Indonesia, Prof Dr dr Bambang Supriyatno, mengingatkan bahaya mendengkur bagi kesehatan anak dan tidak boleh dianggap sebagai hal yang sepele.  

"Pada anak, ngorok (mendengkur) itu bisa berbahaya, dia akan gampang menderita batuk pilek, radang tenggorokan, berat badannya tidak naik, mulut berbau, hiperaktif pada siang hari," ujar Bambang dalam diskusi yang diikuti secara daring di Jakarta, Jumat.

Baca juga: Dokter: Henti napas saat tidur juga bisa terjadi pada anak

Bambang menyampaikan hal tersebut saat mengulas buku yang diterbitkannya berjudul "Bahaya Tersembunyi Mendengkur pada Anak" bersama Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI).  

"Mendengkur atau ngorok itu bahaya, apalagi kalau sudah habitual snoring, dimana bisa dialami tiga kali atau lebih dalam sepekan saat tidur. Saya suka mendapatkan konsultasi, banyak yang menganggap anak ngorok itu hal biasa karena bapaknya juga ngorok, banyak yang tidak tahu kalau ngorok itu bahaya," ujar dia.  

Ia menjelaskan, orang tua harus waspada dan sadar (aware) apabila memiliki anak di usia 3-8 tahun dengan keluhan hiperaktif, sulit tidur, jahil, bau mulut, bibir kering, berat badan tidak naik-naik, bahkan di atas lima tahun masih mengompol.

"Biasanya kalau sudah seperti itu, saya langsung tanya ke ibunya apakah si anak ngorok atau enggak, kalau iya saya tanya, berapa kali ngorok dalam sepekan, karena itu berpengaruh," tuturnya.

Baca juga: Dokter spesialis saraf: Mendengkur salah satu tanda OSA

Dalam penelitiannya, Bambang menemukan bahwa ada sekitar 26 persen anak mendengkur, sehingga ia menyarankan para orang tua untuk sadar dan mencari gejala-gejala penyerta tentang bahaya mendengkur pada anak karena itu bukan gejala yang harus dimaklumi.

"Kalau anak mengorok, bahayanya itu, berat badannya bisa tidak naik-naik, sering mengompol, dan mengalami neuro behavior atau gangguan perilaku. Saat dewasa, ia akan berisiko mengalami kelainan kardiovaskuler atau jantung koroner, dan diabetes melitus," paparnya.

Ia menyarankan orang tua untuk menghitung berapa kali anak mendengkur dalam sepekan, kemudian direkam untuk dikonsultasikan pada dokter.

"Lalu kalau anak umur 3-8 tahun mulutnya sering menganga, cek juga apakah saat malam anak ngorok," ucapnya.

Bambang mengemukakan, pencegahan yang dapat dilakukan agar anak yang mendengkur tidak terkena risiko penyakit yang berbahaya, diantaranya yakni apabila anak memiliki alergi di usia 3-8 tahun, maka orang tua mesti menghindarkan anak dari pemicu alerginya.

"Perhatikan, kalau anak ngorok dan tidurnya mangap, hindari rokok, debu, dan makanan-makanan tertentu yang menimbulkan alergi," kata dia.

Baca juga: Lima cara "olahraga lidah" atasi kebiasaan mendengkur saat tidur

Baca juga: Memahami penyebab munculnya dengkuran dan kiat menguranginya

Pewarta: Lintang Budiyanti Prameswari
Editor: Nurul Hayat
Copyright © ANTARA 2024