Pemberitaan WSJ pada Sabtu itu melaporkan hal itu dengan mengutip sejumlah sumber yang mengetahui situasi tersebut.
Sumber tersebut mengungkapkan bahwa jumlah senjata yang akan dipasok bernilai puluhan juta dolar (sekitar ratusan miliar rupiah).
Sebelumnya pada Jumat (16/2), Biden mengatakan telah menyampaikan kepada Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu perlunya gencatan senjata sementara di Gaza untuk memungkinkan penarikan sandera yang tersisa.
Biden menambahkan bahwa dia tidak memperkirakan Israel akan melakukan serangan darat skala besar selama inisiatif terkait dengan gencatan senjata sementara tersebut sedang dipertimbangkan.
Pada 7 Oktober 2023, Hamas melancarkan serangan roket skala besar terhadap Israel dari Gaza dan melanggar perbatasan, menewaskan 1.200 orang dan menculik sekitar 240 lainnya.
Israel melancarkan serangan balasan, memerintahkan blokade total terhadap Gaza, dan memulai serangan darat ke daerah kantong Palestina dengan tujuan untuk melenyapkan pejuang Hamas dan menyelamatkan para sandera.
Sedikitnya 28.775 orang telah tewas sejauh ini akibat serangan Israel di Jalur Gaza, kata pemerintah setempat.
Pada 24 November, Qatar memediasi kesepakatan antara Israel dan Hamas mengenai gencatan senjata sementara dan pertukaran beberapa tahanan dan sandera, serta pengiriman bantuan kemanusiaan ke Jalur Gaza.
Gencatan senjata telah diperpanjang beberapa kali dan berakhir pada 1 Desember. Lebih dari 100 sandera diyakini hingga saat ini masih ditahan oleh Hamas di Gaza.
Sumber: Sputnik
Baca juga: 20 warga Palestina & 2 tentara Israel tewas dalam pertempuran di Gaza
Baca juga: UNRWA: 84 persen faskes di Gaza terdampak agresi Israel
Penerjemah: M Razi Rahman
Editor: Arie Novarina
Copyright © ANTARA 2024