Makassar (ANTARA) - Yayasan Konservasi Laut (YKL) Indonesia didukung Yayasan Keanekaragaman Hayati (KEHATI) bersama masyarakat tengah mengembangkan lokasi pembelajaran rehabilitasi ekosistem mangrove di Kawasan Wisata Mangrove Lantebung, Kelurahan Bira, Kecamatan Tamalanrea, Kota Makassar, Sulawesi Selatan.

"Banyak masyarakat menyampaikan tidak sedikit rehabilitasi mangrove berakhir gagal karena melakukan penanaman jauh ke wilayah laut, tersapu ombak, bahkan tergenang air dan tertimbun sampah. Maka, kami melakukan pemantauan menemukan ketinggian substrat lokasi rehabilitasi tidak sesuai," ujar Koordinator Program Nuryamin, Sabtu.

Ia mengemukakan, pihaknya ikut mengajarkan tehnik melakukan rehabilitasi karena sebelum dilakukan penanaman, terlebih dahulu mengatasi faktor gangguan pertumbuhan serta mendukung pertumbuhan alami mangrove dengan membuat bangunan rekayasa.

Selanjutnya, masyarakat diajarkan membuat bangunan Alat Pemecah Ombak atau APO dari bambu sekaligus sebagai perangkap sedimen demi mempercepat tinggi substrat sesuai dengan mangrove alami terluar dari lokasi rehabilitasi.

"Harus dibuat guludan sekaligus pelindung tanaman dari bambu dan pemasangan waring sebagai pelindung sampah sekaligus perangkap bibit alami. Setelah itu baru dilakukan rehabilitasi mangrove," katanya.

Baca juga: BRGM tanam bibit di Kaltim percepat rehabilitasi mangrove
Baca juga: KLHK: Babel berhasil rehabilitasi hamparan mangrove 70 hektare


Pria yang disapa akrab Yamin itu mengatakan, di lokasi seluas satu hektare itu akan dilakukan  penanaman 10 ribu bibit magrove berbagai jenis.

Metode penanaman yang dilakukan, kata dia, yakni pola tanam murni, rumpun berjarak, pola tanam pengkayaan dan pola tanam acak. Rehabilitasi ini turut mengadaptasi sebagian metode Ecological Mangrove Rehabilitation (EMR) sebagai upaya perbaikan kondisi ekologi dan hidrologi.

Sementara itu, staf lapangan YKL Indonesia Muhammad Subhan menyebutkan setiap bulan bersama dua orang organisasi Komunitas Pemuda Lantebung dilatih melakukan monitoring, evaluasi dan perawatan hasil rehabilitasi.

Ia menjelaskan, sejauh ini sudah tujuh bulan bersama komunitas telah memonitoring dan merawat hasil rehabilitasi mangrove.

"Data hasil monitoring Juli 2023 hingga Januari 2024, secara umum mangrove hasil penanaman tumbuh dengan baik," katanya.

Ia menjelaskan, persentase tumbuhnya mencapai 93 persen dan ditemukan 374 bibit rekrutmen alami jenis Avicennia SP.  "Sementara tingkat pertumbuhan antara 30 sampai 100 persen dari tinggi awal bibit dengan rata-rata jumlah daun 18,35," papar Subhan.

Baca juga: BRGM tanam 396.700 bibit mangrove di Natuna selama 2023
Baca juga: KLHK gencarkan aksi tanam pohon dan mangrove antisipasi krisis iklim


Untuk perawatan, menurut Subhan, yang dilakukan adalah pengecekan bangunan rekayasa untuk memastikan masih berfungsi dengan baik, pembersihan sampah serta alga pada waring dan penguatan waring serta dilakukan penyulaman.

"Pembelajaran keberhasilannya adalah penanaman dengan jenis beragam lebih efektif khususnya jika berbicara zonasi," katanya.

Ia menjelaskan, penanaman sebaiknya dilakukan pada area tidak terlalu jauh dari pohon mangrove yang sudah tumbuh dan memiliki ketinggian substrat yang sama. "Dan tidak disarankan menanam pada September-Januari di pesisir utara kota," katanya.

Direktur Eksekutif YKL Indonesia Nirwan Dessibali menambahkan, pihaknya sangat terbuka untuk berbagai pembelajaran rehabilitasi mangrove di Lantebung dengan berbagai pihak yang berencana melakukan rehabilitasi di daerah berlumpur.

"Ini adalah situs belajar yang kami kembangkan bersama dengan masyarakat. Harapannya ini bisa menjadi referensi berbagai pihak yang berencana melakukan rehabilitasi mangrove khususnya di Lantebung maupun di daerah sekitarnya termasuk di wilayah yang karakteristiknya sama," tutur Nirwan.

Baca juga: KLHK: Realisasi rehabilitasi hutan dan mangrove seluas 185.010 ha
Baca juga: Dinas Kehutanan Sumsel lakukan peningkatan rehabilitasi mangrove
Baca juga: Riau dapat bantuan Bank Dunia Rp800 miliar buat rehabilitasi mangrove

Pewarta: M Darwin Fatir
Editor: Budhi Santoso
Copyright © ANTARA 2024