keanekaragaman hayati adalah aset penting bagi masa depan
Jakarta (ANTARA) - Yayasan Keanekaragaman Hayati Indonesia (Kehati) melalui gerakan Biodiversity Warriors melakukan pengamatan dan pencatatan keanekaragaman hayati atau biodiversitas yang berada pada Taman Langsat dan Taman Ayodya di Jakarta.
 
Direktur Komunikasi dan Kemitraan Yayasan Kehati Rika Anggraini mengatakan Biodiversity Warriors rutin melakukan kegiatan edukasi dan sosialisasi terkait isu keanekaragaman hayati ke sekolah, universitas, perusahaan swasta, dan komunitas.
 
"Hasil dari kegiatan pengamatan diserahkan ke Dinas Lingkungan Hidup DKI Jakarta sebagai dukungan kegiatan pembaharuan data keanekaragaman hayati," ujarnya dalam keterangan di Jakarta, Selasa.
 
Beberapa kampus dan organisasi yang terlibat pada kegiatan tersebut mulai dari Universitas Indonesia, Universitas Negeri Jakarta, Universitas Nasional, IPB University, LSPR, Jakarta Birdwatchers Society, hingga Indonesia Wildlife Photography.
Rika menjelaskan kegiatan sensus biodiversitas itu dalam rangka merayakan Hari Keanekaragaman Hayati yang jatuh setiap tanggal 22 Mei. Tema tahun ini adalah 'From Agreement to Action: Build Back Biodiversity'.
 
Menurutnya, tema itu seolah berupa teguran ke semua pihak bahwa bukan hanya sekedar perjanjian, namun dibutuhkan aksi nyata untuk membangun kembali keanekaragaman hayati yang sudah terancam punah.
 
"Keanekaragaman hayati merupakan pilar kehidupan dunia. Perikanan menyediakan 20 persen protein hewani bagi 3 miliar manusia, tumbuhan menyediakan lebih dari 80 persen sumber pangan, dan 80 persen masyarakat yang hidup di perdesaan bergantung kepada tumbuhan untuk pengobatan tradisional,” kata Rika.

Baca juga: China rilis daftar keanekaragaman hayati tahunan
Baca juga: China turunkan level kepunahan ratusan spesies liar
 
Lebih lanjut dia menegaskan bahwa pihaknya sangat peduli dengan kegiatan pelestarian keanekaragaman hayati Indonesia, salah satunya melalui kegiatan edukasi kepada generasi muda.
 
“Fakta-fakta harus disampaikan bahwa keanekaragaman hayati adalah aset penting bagi masa depan mereka, namun di satu sisi lain mengalami keterancaman kepunahan yang disebabkan oleh aktivitas manusia,” tegas Rika.
 
Berdasarkan Jakarta Birdwatcher Society, pada tahun 2017, tercatat 127 jenis burung yang ada di Jakarta. Jumlah ini menurun jika dibandingkan tahun 1949, yaitu sebanyak 156 jenis burung.
 
Banyak penyebab keterancaman pelestarian burung di Jakarta, antara lain masih maraknya perburuan liar, alih fungsi lahan ruang terbuka hijau, penebangan pohon-pohon yang menjadi sumber pakan, dan limbah.

Baca juga: BRIN: Lahan gambut jadi ekosistem penting keaneragaman hayati
Baca juga: BRIN: Pelestarian ekosistem gambut demi mencapai tujuan iklim global

Pewarta: Sugiharto Purnama
Editor: Budhi Santoso
Copyright © ANTARA 2023