Jakarta (ANTARA) - Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) mulai tahun ini memfokuskan program ekspedisi biodiversitas terestrial di Pulau Kalimantan untuk menemukan taksa baru yang dapat meningkatkan koleksi biodiversitas Indonesia.
 
Kepala Pusat Riset Biosistematika dan Evolusi BRIN Bayu Adjie mengatakan alasan fokus ekspedisi itu di Borneo karena selama ini temuan taksa baru dari pulau tersebut masih sangat sedikit.
 
"Kita punya pulau terbesar Kalimantan yang ternyata masih sangat jarang riset-riset biodiversitas di situ, bukannya tidak ada, tetapi relatif jarang, sehingga penemuan-penemuan jenis baru dari Kalimantan tidak banyak. Makanya, kami coba fokus dalam tiga sampai lima tahun ke depan di Kalimantan," ujarnya di Jakarta, Rabu.
 
Bayu mengatakan selama ini riset spesies paling banyak dilakukan di Pulau Jawa yang telah dimulai sejak zaman kolonial, lalu riset di Garis Wallace.
 
Garis Wallace yang mencakup Sulawesi, Maluku, dan Papua menarik minat para peneliti di seluruh dunia karena wilayah itu adalah garis perbatasan Asia dan Australia yang membuat biodiversitas di sana tampak unik.
   
Menurut Bayu, dari data-data riset Belanda sampai sekarang ekspedisi ke Pulau Kalimantan tergolong sedikit hanya 1 sampai 2 ekspedisi saja sepanjang tahun.
 
Selama tiga sampai lima tahun ke depan, BRIN akan membuat platform, menempatkan orang-orang (periset), dan merekrut pascasarjana untuk bergabung ke dalam ekspedisi biodiversitas terestrial di Pulau Kalimantan.
​​​​​
"Kami ingin mencetak sebanyak mungkin taksonom-taksonom baru," kata Bayu.
 
Pada tahun 2023, BRIN berhasil menemukan 49 taksa baru dengan komposisi 96 persen spesies baru merupakan spesimen asal Indonesia.
 
Jumlah taksa yang ditemukan di Kalimantan hanya 2 jenis. Adapun spesies terbanyak berasal dari Sulawesi mencapai 18 taksa, Papua sebanyak 7 taksa, dan Kepulauan Natuna 5 taksa.
 
Pada tahun 2024, BRIN menargetkan penemuan 50 taksa baru. Ekspedisi terbesar pencarian taksa baru tahun ini dilakukan di Pulau Kalimantan dengan jumlah mencapai 19 ekspedisi.
 
"Setelah kami telusuri berbagai macam literatur ternyata penemuan-penemuan jenis baru di Kalimantan minim sekali," kata Bayu.
 
"Dengan ekspedisi, kami akan terus menambah koleksi-koleksi kami. Kenapa itu penting? itu adalah semacam dokumentasi kami. Itu penting untuk riset-riset taksonomi," pungkasnya.

Baca juga: BRIN: Buaya Australia masuki perairan NTT & berkonflik dengan manusia
Baca juga: BRIN targetkan penemuan 50 taksa baru di Indonesia

Pewarta: Sugiharto Purnama
Editor: Triono Subagyo
Copyright © ANTARA 2024