Kami saat ini sedang mempersiapkan RIIM Invitasi Strategis Ekspedisi Biodiversitas Terestrial yang difokuskan di Kalimantan
Jakarta (ANTARA) - Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) tahun ini menargetkan penemuan 50 taksa baru termasuk dari hewan, tumbuhan, dan mikroorganisme untuk menambah koleksi taksa.

Kepala Pusat Riset Biosistematika dan Evolusi BRIN Bayu Adjie mengatakan berbagai skema pendanaan diluncurkan untuk mewujudkan target tersebut, seperti Rumah Program dan Riset dan Inovasi Indonesia Maju (RIIM) Ekspedisi.

"Kami saat ini sedang mempersiapkan RIIM Invitasi Strategis Ekspedisi Biodiversitas Terestrial yang difokuskan di Kalimantan,” ujarnya di Jakarta, Rabu.

Baca juga: BRIN: Buaya Australia masuki perairan NTT & berkonflik dengan manusia

Bayu mengatakan, Indonesia sebagai surga bagi peneliti biodiversitas. Pengungkapan biodiversitas di Indonesia melalui penemuan spesies menjadi salah satu prioritas utama BRIN

Meskipun hanya sebagian kecil dari cakupan riset biosistematika dan evolusi, imbuhnya, penemuan jenis baru memiliki dampak besar dalam asesmen biodiversitas serta menarik perhatian publik dan media massa.

Pada 2023, BRIN berhasil menemukan 49 taksa baru. Penemuan fauna mendominasi dengan jumlah 1 marga, 38 spesies, dan 2 subspesies. Sisanya adalah flora 7 spesies dan mikroorganisme 1 spesies.

Sekitar 96 persen dari spesies baru yang ditemukan merupakan spesimen asal Indonesia. Hal ini terjadi karena fokus penelitian yang kuat pada spesies-spesies di Indonesia yang terkenal dengan kekayaan keanekaragaman hayati.

Meski sudah dieksplorasi sejak zaman kolonial, kata Bayu, masih banyak yang belum terungkap di Indonesia karena luasnya wilayah Indonesia dengan beragam ekosistem yang menjadi tempat penelitian biodiversitas.

"Kami menjalin kerja sama dengan berbagai pihak, baik dalam maupun luar negeri, seperti lembaga riset, universitas, dan LSM. Kolaborasi menjadi kunci untuk mengatasi kendala-kendala seperti SDM, anggaran, dan infrastruktur dalam riset biodiversitas,” imbuhnya.

Baca juga: Kemarin, pembahasan makan siang gratis hingga Semeru erupsi lagi

Lebih lanjut, Bayu menuturkan setelah penemuan taksa tersebut, langkah selanjutnya yang dilakukan oleh BRIN adalah melakukan identifikasi dan studi lebih lanjut terhadap spesies baru tersebut.

Hal ini meliputi studi biologinya, pemanfaatan atau bioprospeksi, serta upaya konservasi jika diperlukan. Penemuan jenis baru membuka potensi baru dalam pemahaman orang-orang tentang keanekaragaman hayati dan mendesak perlunya perlindungan dan pelestarian spesies-spesies tersebut mengingat berbagai ancaman yang mereka hadapi.

Peneliti Ahli Utama Pusat Riset Biosistematika dan Evolusi BRIN Amir Hamidy mengatakan dalam menentukan apakah sebuah taksa atau spesies merupakan taksa baru ada beberapa kriteria utama, termasuk karakter morfologi, molekuler, fisiologi, dan ekologi.

“Pengamatan mendalam terhadap ciri-ciri ini membantu para peneliti dalam mengklasifikasikan dan mengidentifikasi spesies baru dengan akurat,” kata Amir.

Waktu yang dibutuhkan untuk menentukan sebuah taksa baru sangat bervariasi bisa kurang dari satu tahun atau bahkan lebih dari 30 tahun, tergantung sejauh mana penelitian manusia telah mempelajari taksa tersebut.

Amir menerangkan dalam proses identifikasi, metode DNA Barcoding menjadi alat yang sangat berguna. Dengan menggunakan data sekuen DNA terkait, peneliti dapat dengan cepat membandingkan dan memvalidasi keberadaan taksa baru.

"Setiap pengamatan menawarkan keunikan dan kekayaan keanekaragaman alam Indonesia yang memukau para peneliti," pungkas Amir.

Baca juga: BRIN ajak masyarakat dokumentasikan berbagai pengetahuan lokal

Pewarta: Sugiharto Purnama
Editor: Sambas
Copyright © ANTARA 2024