Jakarta (ANTARA News) - Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS, Rabu pagi, melanjutkan pelemahan ke posisi Rp11.500 atau 300 poin dibanding sebelumnya Rp11.200.

Pelemahan ini didorong oleh ekspektasi pasar terhadap pemangkasan stimulus keuangan bank sentral Amerika Serikat (The Fed) yang akan dilakukan pada Oktober mendatang.

"Laju nilai tukar rupiah terus menunjukkan pelemahannya seiring dengan sentimen negatif pernyataan beberapa petinggi The Fed bahwa pemberlakuan pengurangan stimulus akan dilakukan pada Oktober mendatang," kata Kepala Riset Trust Securities, Reza Priyambada di Jakarta, Rabu.

Ia menambahkan laju rupiah juga terimbas dari pelemahan mata uang euro terhadap dolar AS seiring sikap pelaku pasar yang sedang menunggu dan mengantisipasi pembahasan fiskal AS.

Di sisi lain, lanjut dia, sentimen dari spekulasi banyaknya perusahaan indonesia yang membutuhkan dolar AS untuk membeli bahan baku serta perkiraan masih akan defisitnya neraca transaksi berjalan membuat rupiah kian terpuruk.

Sebelumnya, Kepala Eksekutif Lembaga Penjamin Simpanan, Mirza Adityaswara meminta kepada masyarakat untuk tidak terlalu khawatir menghadapi gejolak nilai tukar rupiah terhadap dolar AS, karena mata uang domestik akan menuju keseimbangan baru.

"Kalau kita sudah bisa mengatasi defisit neraca Indonesia, dan mengurangi utang dolar AS maka nanti rupiah akan menguat pelan-pelan. Jangan terlalu khawatir karena di level sekarang ini rupiah justru sedang mencari ekuilibrium baru, kalau rupiah dipaksa menguat bisa unstability," kata dia.

Meski demikian, ia mengharapkan, regulator perlu menjaga pergerakan rupiah agar fluktuasinya tidak terlalu tinggi.


Pewarta: Zubi Mahrofi
Editor: Heppy Ratna Sari
Copyright © ANTARA 2013