Pengembangan potensi perikanan dan kelautan di Jatim sangat membantu capaian tujuan pembangunan.
Surabaya (ANTARA) -
Pemerintah Provinsi Jawa Timur (Pemprov Jatim) fokus pada peningkatan potensi perikanan dan kelautan, karena di wilayahnya sangat menjanjikan, bahkan masih bisa dikembangkan, sehingga mampu berkontribusi besar terhadap perekonomian nasional.
 
"Sektor ini masih berpeluang ditingkatkan perkembangannya. Apalagi juga berperan penting dalam penyediaan protein hewani, baik dari segi kualitas maupun kuantitas," ujar Pelaksana Harian (Plh) Sekretaris Daerah Provinsi Jatim Bobby Soemiarsono melalui keterangan pers diterima di Surabaya, Rabu.
 
Menurut dia, pengembangan potensi perikanan dan kelautan di Jatim sangat membantu capaian tujuan pembangunan, seperti memacu pertumbuhan ekonomi, mengatasi kemiskinan serta peningkatan kesejahteraan rakyat.
 
Berdasarkan data dari Pemprov Jatim, tercatat panjang pantai di wilayah tersebut mencapai 3.543,54 kilometer dengan wilayah laut seluas 5,2 juta hektare.
 
Dari segi geografis, sumber daya alam dan sarana prasarana, Jatim juga didukung sumber daya manusia (SDM) mumpuni, yakni 235 ribu nelayan, 277 ribu pembudidaya ikan, 7 ribu petambak garam, 18 ribu unit usaha pemasaran, 8 ribu unit pengolah ikan mikro dan 428 unit pengolah ikan besar.
 
Keunggulan tersebut, kata Plh Sekdaprov, membuat Jatim sebagai provinsi dengan produksi perikanan tangkap tertinggi secara nasional, yakni sebesar 609.685 ton, dan perikanan budi daya tertinggi kedua sebesar 1.314.200,80 ton.
 
Tidak hanya itu, produksi garam Jatim juga menjadi yang tertinggi nasional, yaitu sebesar 402.845,84 ton, serta volume ekspor perikanan tertinggi nasional sebesar 385.083 ton.
 
Selain fokus peningkatan potensi kelautan dan perikanan, Jatim juga berfokus pada upaya pelestarian sekaligus mengatasi permasalahan dalam pelaksanaan pengelolaan kelautan dan perikanan berbasis ekonomi biru.
 
Bobby yang juga Kepala Badan Pendapatan Daerah (Bapenda) Jatim tersebut menjelaskan bahwa salah satu usaha pemprov adalah dengan kegiatan penanaman mangrove.
 
Tercatat, kata dia lagi, luas kawasan mangrove di Jatim sekitar 1.800 hektare. Setiap 1 hektare terdapat 3.300 tanaman mangrove, sehingga totalnya sekitar 7 juta pohon. Angka ini setara dengan 48 persen hutan mangrove di Pulau Jawa.
 
Sementara itu, terkait permasalahan penggunaan alat tangkap yang tidak ramah lingkungan, pihaknya sudah menggalakkan pengawasan melibatkan aparat penegak hukum.
 
"Bahkan, kami aktif mengajak mengajak masyarakat beralih menggunakan alat tangkap ramah lingkungan melalui sosialisasi, pemberian hibah alat tangkap ramah lingkungan, hingga 'jemput bola' memfasilitasi perizinan," ujar Bobby pula.
Baca juga: "Restocking", benih rajungan ditebar APRI di alam liar laut di Jatim
Baca juga: Gubernur Jatim apresiasi koneksi SMK Perikanan Kelautan Puger Jember

Pewarta: Willi Irawan/Hanif Nasrullah
Editor: Budisantoso Budiman
Copyright © ANTARA 2024