Untuk itu, Sumut memerlukan kesiapan infrastruktur.
Medan (ANTARA) - Kepala Dinas Kebudayaan, Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Disbudparekraf) Sumatera Utara (Sumut) Zumri Sulthony menyatakan penerapan "Swiftonomics" di wilayahnya perlu mendapat dukungan dari kesiapan infrastruktur.

"Untuk itu, Sumut memerlukan kesiapan infrastruktur," ujar Zumri, di Medan, Rabu.

Istilah "Swiftonomics" mengacu kepada fenomena penyanyi asal Amerika Serikat Taylor Swift yang mampu mendatangkan hingga ratusan juta dolar Amerika Serikat (AS) untuk pariwisata, pajak dan usaha lainnya ke wilayah tempatnya menggelar konser.

Menurut Zumri, konser kelas dunia seperti milik Taylor Swift harus digelar di lokasi yang benar-benar memadai untuk memfasilitasi ramainya penonton dan pengunjung dari luar negeri.

Dia menyatakan pula, Sumut idealnya mesti memiliki satu arena setidak-tidaknya seperti Stadion Utama Gelora Bung Karno di Jakarta untuk mewujudkan hal tersebut.

"Ini menjadi tugas kita bersama," kata Zumri.

Meski demikian, di luar infrastruktur, dia menilai Sumut sejatinya memiliki kesiapan untuk melaksanakan acara hiburan tingkat dunia.

Provinsi beribu kota Medan itu disebutnya berada di wilayah strategis, dekat dengan negara-negara tetangga yakni Singapura dan Malaysia, yang bisa ditempuh dengan sekali penerbangan dari Bandar Udara Internasional Kualanamu, Deli Serdang.

Kemudian, Sumut juga mempunyai beragam destinasi wisata alam yang bisa menarik minat wisatawan mancanegara.

"Potensi Sumut ada, apalagi kita bisa menarik wisatawan dari Malaysia dan Singapura yang jaraknya dekat," ujar Zumri.

Perputaran uang dari konser Taylor Swift, pernah diutarakan media asal Qatar, Al Jazeera yang menyebut bahwa ketika penyanyi perempuan tersebut tampil di Los Angeles, Amerika Serikat pada Juli 2023, dia mampu menghasilkan 320 juta dolar AS untuk pariwisata, pajak, dan lain-lain.

Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf) Sandiaga Uno menyatakan bahwa Pemerintah Indonesia akan berupaya menerapkan "Swiftonomics" untuk mendongkrak pariwisata.

"Kami membutuhkan 'Swiftonomics' untuk pariwisata Indonesia," ujar Sandiaga, seperti disampaikannya kepada Bloomberg, 19 Februari 2024.
Baca juga: Saatnya pariwisata olahraga Sumatera Utara "mengangkasa"
Baca juga: BPS sebut 197.015 wisatawan mancanegara ke Sumut pada 2023


Pewarta: Michael Siahaan
Editor: Budisantoso Budiman
Copyright © ANTARA 2024