Jakarta (ANTARA) - Ekonom INDEF Eko Listiyanto menilai negara anggota ASEAN bisa berguru kepada Jepang untuk memaksimalkan potensi digitalisasi UMKM yang menyangga perekonomian negara.

“Salah satunya bagaimana mengaitkan antar UMKM ini, jangan mereka cari (pasar) sendiri. Kita harus fasilitasi supaya mereka terkoneksi, intra-ASEAN yang tadi itu tidak hanya diisi oleh pengusaha besar tapi UMKM,” kata Eko Listiyanto dalam acara Wrap-up Syposium of the 50th Year of ASEAN-Japan Friendship and Cooperation di Jakarta, Rabu.

Eko menuturkan layaknya Indonesia yang penyerapan tenaga kerja oleh UMKM melebihi 97 persen, ekonomi Thailand, Malaysia, dan Filipina turut didukung oleh UMKM.

Namun sayangnya, ujar dia, keterkaitan UMKM di negara berkembang dalam rantai nilai produksi masih rendah.

Belum lagi adopsi digital bagi pelaku UMKM yang juga masih rendah. Sehingga, diperlukan penguatan kerja sama antara ASEAN dan Jepang untuk mendorong ekspor produk UMKM antar negara.

ASEAN-Jepang, lanjutnya, perlu mendorong kesetaraan akses, literasi dan keterampilan digital bagi masyarakat khususnya generasi muda. Melalui digitalisasi, disebutnya bisa meningkatkan produktivitas tenaga kerja di negara berkembang.

“Digitalisasi masif, generasi Indonesia itu generasi Z dan milenial yang sudah digital native. Cuma masih ada problem seperti akses yang tidak semua merata. Ini butuh dukungan kerja sama bagaimana negara maju seperti Jepang bisa meratakan kemampuan akses internet, mendorong UMKM dan industri,” ucapnya.

Selain itu, Eko juga berpendapat ASEAN dan Jepang perlu mendorong produk-produk negara berkembang agar lebih ramah lingkungan sehingga lebih diterima di pasar global. Hal itu seiring jumlah industri hijau yang masih terbatas.

ASEAN-Jepang, tutur dia, juga perlu memastikan bahwa ekonomi hijau dapat menciptakan lapangan kerja bagi negara-negara ASEAN.

Sejauh ini, data dan informasi mengenai pasar kerja ramah lingkungan yang juga masih terbatas sehingga perlu dikembangkan di masa mendatang, tambahnya.

“Potensi energi terbarukan sangat besar, termasuk di Indonesia. Namun, pemanfaatannya masih kecil sehingga perlu dikembangkan lebih lanjut pada masa yang akan datang,” ujar dia.

Baca juga: RI-Jepang sepakati penguatan ketahanan pangan dan transformasi digital
Baca juga: Saling percaya, kunci 50 tahun harmoni ASEAN dan Jepang


Pewarta: Kuntum Khaira Riswan
Editor: M Razi Rahman
Copyright © ANTARA 2024