Sebelum ada budidaya nanas jumlah titik api di wilayah tersebut bisa mencapai ratusan titik, namun setelah budidaya kian meluas jumlah titik api hanya puluhan titik itu pun berada di luar perkebunan
Jakarta (ANTARA) - Budi daya nanas mahkota siak yang tumbuh di lahan gambut Kabupaten Siak, Provinsi Riau, memiliki peran strategis dalam melindungi lahan basah dari penguapan akibat panas matahari dan kebakaran.

Tokoh Penggerak Pinaloka dan Laboratorium Alam Siak Lestari, Wulan Suci Ningrum, mengatakan sebelum ada budi daya nanas jumlah titik api di wilayah tersebut bisa mencapai ratusan titik, namun setelah budidaya kian meluas jumlah titik api hanya puluhan titik itu pun berada di luar perkebunan.

Baca juga: BNPB ajak semua pihak lanjutkan tren positif mitigasi Karhutla

"Pada 2015, kebakaran lahan gambut terjadi cukup parah. Dua tahun kemudian, pada 2017, pemerintah daerah membuat program Siak Hijau dengan menggalakkan penanaman nanas pada lahan-lahan gambut," ujarnya saat ditemui dalam acara peluncuran kolaborasi nanas mahkota siak di kedai Anomali Coffee, Menteng, Jakarta Pusat, Kamis.

Kabupaten Siak merupakan wilayah dengan tutupan lahan gambut terluas di Pulau Sumatera. Luasan lahan gambut mencapai 479.485 hektare atau sekitar 57,44 persen dari total luas Kabupaten Siak.

Sebagai bagian dari upaya menjaga lahan gambut dari kebakaran dan kerusakan, maka komunitas anak muda Siak dan petani lokal setempat mengembangkan komoditi nanas mahkota siak yang kini telah menjadi produk unggulan dari daerah tersebut.

"Antara satu daun nanas dengan daun nanas lain saling berhimpitan, sehingga proses penguapan air tanah gambut menjadi lebih lama dan lebih sedikit," papar Wulan.

Budi daya nanas mahkota siak kini telah berjumlah sekitar 3.000 hektare dan menjadikan lahan gambut di empat desa yang ditanam nanas, yakni Laler, Tanjung Kuras, Penyengat, dan Temusai selalu basah karena proses penguapan tertahan daun-daun nanas yang tebal.

Baca juga: BRGM telah restorasi 1,3 juta hektare lahan gambut di tujuh provinsi

Nanas mahkota siak kini telah diolah menjadi beragam produk turunan, seperti keripik nanas, selai nanas, sirup nanas, hingga pupuk kompos dan tenun. Berbagai produk turunan itu berdampak terhadap peningkatan ekonomi petani di Desa Tanjung Kuras dan kelompok usaha wanita Pinaloka.

Pinaloka bersama Lingkar Temu Kabupaten Lestari (LKTL) dan kedai Anomali Coffee berkolaborasi dalam inovasi pengembangan produk-produk berbasis nanas mahkota siak untuk menembus pemasaran produk yang lebih luas.

Pendiri Anomali Coffee Irvan Helmi mengatakan pihaknya menggaet produk buah lokal untuk menghadirkan kesegaran dalam setiap makanan dan minuman yang tersuguh kepada konsumen.

"Kami ingin mengambil angle kesegaran, namun di lain sisi ketika mereka (konsumen) kulik ada tentang keberlanjutan nanas yang menjaga lahan gambut dari kebakaran," kata Irvan.

Anomali Coffee mengolah nanas menjadi lima menu, yakni tropical black (kopi), aloha siak (jus), lamb chop fried rice, grilled lamb chop with mushroom, dan pina cake.

Bentuk kolaborasi kelompok usaha wanita petani nanas dengan kedai kopi menjadi momen penting untuk mendukung produk lokal lestari dari Kabupaten Siak. Selain itu, langkah inisiatif masyarakat yang menanam buah nanas di sekitar lahan juga berguna untuk menjaga kelembapan lahan gambut dan mencegah terjadinya kebakaran.

Baca juga: Kementerian LHK ajak masyarakat peduli kelestarian lahan basah

Pewarta: Sugiharto Purnama
Editor: Sambas
Copyright © ANTARA 2024