Jakarta (ANTARA News) - "Tidak salahnya mencoba mendaki gunung di Vietnam, seperti di Gunung Fansipan. Lumayan juga medannya," kata salah seorang penggemar pendaki gunung asal Kota Bandung, Asep Nurdin.

Dia menuturkan, untuk mendaki gunung tersebut tidak perlu mengeluarkan biaya cukup besar seperti halnya ke Nepal, sekaligus bisa berwisata murah di Vietnam. Pasalnya dia memesan tiket sejak jauh-jauh hari dan mendapatkan harga yang miring dari salah satu maskapai penerbangan.

Memang cukup menarik untuk mencoba sensasi mendaki gunung di salah satu negara Asia Tenggara itu jika sudah bosan mendaki gunung di dalam negeri. Setidaknya bisa mengenal sosial pedesaan masyarakat di negara tetangga Indonesia tersebut.

Yang jelas dengan mendaki gunung di kawasan Asia Tenggara itu tidak memerlukan waktu yang cukup lama, khususnya bagi kalangan pekerja yang terbatas untuk mengambil cuti tahunan.

Gunung Fansipan yang memiliki ketinggian 3.143 Meter di atas permukaan laut (Mdpl) itu, merupakan salah satu gunung yang menarik untuk dikunjungi dan ada sejumlah gunung lainnya yang layak untuk didaki, seperti Gunung Apo (3.143 Mdpl) di Mindanao, Filipina, Kinabalu (4.095 Mdpl) di Malaysia, serta Pangramrazi (4.655 Mdpl), Phonnyinrazi (4.560 Mdpl), dan Mt Victoria (3.109 Mdpl) di Myanmar.

Atau Gunuung Phou Bia (2.819 Mdpl) di Laos dan Gunung Doi Inthanon (2.565 Mdpl) di Thailand.

Untuk nama Gunung Pangramrazi dan Gunung Phonnyinrazi, di puncaknya bisa merasakan salju maklum kedua gunung itu merupakan "ekor" dari pegunungan Himalaya. Namun untuk pendakian kedua gunung itu membutuhkan waktu sekitar dua minggu dan sudah banyak paket perjalanan yang menawarkan sensasi petualangan di kawasan itu. Bahkan ada paket berarung jeram juga di kawasan utara Myanmar tersebut.

Jika penasaran ingin melihat bagaimana suasana pendakian ke Phonnyinrazi atau Pangramrazi, bisa dilihat di media youtube, ketika salah seorang turis asal Jepang yang mengikuti perjalanan ke puncak gunung tersebut dengan melintasi pedesaan, membelah hutan, melintasi sungai hingga memasuki zona salju. Bahkan di awal pendakian, pelancong itu harus naik kendaraan jeep yang sudah disiapkan dalam satu paket perjalanan.

Untuk pendaki yang hanya untuk mengisi kegiatan alias bukan profesional, tidak perlu mendaki Gunung Hkakabo Razi (5.881 Mdpl). Toh, jika ingin mendaki gunung itu harus dalam bentuk ekspedisi dengan memerlukan persiapan yang panjang mengingat perjalanannya bisa memakan waktu hingga 1,5 bulan.

Gunung Hkakabo Razi yang saat ini menjadi gunung tertinggi di kawasan Asia Tenggara dan lokasinya berada di utara Myanmar atau di negara bagian Kachin dan sejak 1998 sudah masuk ke dalam bagian Taman Nasional Hkakabo Razi.

Gunung Hkakabo Razi bisa dikatakan ekor dari pegunungan Himalaya, dan pendaki pertama yang mencapai puncaknya adalah pendaki asal Jepang, Takashi Ozaki dan pendaki asal Myanmar, Nyima Gyaltsen pada 1997.

Namun Takashi Ozaki menyatakan keengganannya untuk mengulang kedua kalinya mendaki gunung salju tersebut mengingat waktu tempuh cukup lama. Selain itu, popularitas Mt Hkakabo Razi masih kalau jauh dengan gunung-gunung di kawasan Nepal.

"Pernah saya mengontak pihak pengelola paket pendakian ke Phonnyinrazi atau Pangramrazi, mereka memberitahukan untuk sementara tidak bisa didaki karena kondisi keamanannya. Saya mendapatkan nomor kontak pengelola paket pendakian itu setelah menelusuri melalui internet," kata salah seorang penggemar dunia petualang asal Kota Bandung lainnya.

Dikatakan, memang cukup menarik dan menantang mendaki dua gunung di Myanmar itu. "Yang jelas kalau untuk Hkakabo Razi berat didaki bagi kita yang hanya sekadar hobi, paling solusinya adalah Phonnyinrazi atau Pangramrazi," katanya.

Untuk sementara ini, niat untuk mendaki Phonnyinrazi atau Pangramrazi itu, dipendam dahulu dalam angan-angan sampai kondisi keamanannya normal kembali.



Tambah pengalaman

"Tak ada salahnya bila dalam melakukan pendakian gunung kita melebarkan minat pendakian ke kawasan lainnya. Tentunya akan banyak pengalaman baru karena akan menemukan karakter gunung yang berbeda-beda bila mendaki di kawasan yang berlainan," kata aktivis Yayasan Palawa Indonesia (YPI) yang sudah mencoba mendaki Gunung Fansipan dan Gunung Kinabalu, Bayu Bharuna.

Setidaknya dari mendaki ke kawasan Asia Tenggara itu, didapatkan koleksi puncak-puncak kawasan yang akan lebih memperkaya wawasan pendakian.

"Pendakian gunung-gunung di kawasan ASEAN, misalnya, bukanlah sesuatu yang mustahil dicapai, bahkan oleh turis sekalipun. Tak perlu melalui sebuah ekspedisi besar berbiaya aduhai, melainkan dengan pendakian `hit and run` ala backpacker," katanya. Backpacker adalah istilah yang digunakan untuk para wisatawan dengan anggaran minim menjelajah tempat-tempat di berbagai negara, sambil berjalan kaki. Backpack merupakan istilah bahasa Inggris yang artinya tas yang digendong di belakang.

Di bawah ini sekilas gunung-gunung di kawasan Asia Tenggara:

1. Gunung Phou Bia:

Merupakan gunung tertinggi di Laos dan terletak di Cordillra Annamese, tepatnya di batas selatan dataran Xiangkhoang, Provinsi Xiangkhoang,

2. Gunung Apo

Termasuk gunung berapi dan gunung tertinggi di negara tersebut. Lokasinya di antara Provinsi Davao City dan Davao del Sur di wilayah XI dan Provinsi Cotabato di wilayah XII, atau Pulau Mindanao, Filipina. Untuk mendaki gunung ini membutuhkan waktu sekitar dua hari.

3. Gunung Kinabalu

Gunung Kinabalu terletak di Sabah, Malaysia, dengan ketinggian 4,095 mdpl. Gunung ini merupakan gunung kelima tertinggi di Asia Tenggara.

4. Gunung Doi Inthanon

Merupakan gunung tertinggi di Thailand terletak di d Distrik Mae Chaem, Provinsi Chiang Mai. Dahulunya gunung ini dikenal dengan nama Doi Luang (gunung besar).

5. Gunung Victoria atau Gunung Khaw Nu Soum

Gunung ini merupakan gunung tertinggi di Myanmar bagian barat. Tepatnya terletak di Kota Kanpalet, Distrik Mindat.

6. Gunung Fansipan

Gunung ini dikenal dengan nama "Atap Indochina", lokasinya di Provinsi Lo Cai, atau sembilan kilometer barat daya Sapa Township di pegunungan Hoang Lien Anak.

Oleh Riza Fahriza
Editor: Unggul Tri Ratomo
Copyright © ANTARA 2013