Bandung (ANTARA News) - Buku "Kumah Aing Weh"  dengan penulisnya yang hanya beridentitas akun Twitter #KumahaAingWeh diluncurkan dengan cara yang unik, demikian juga isinya.

"Sesuai dengan judulnya `Kumaha Aing Weh` yang artinya gimana saya saja, penulisan dan isinya benar-benar merdeka dan lugas tanpa ada keraguan. Kami pede menulis tanpa saya khawatir salah menggunakan Bahasa Sunda, ya kumaha aing we," kata penulis yang meminta dipanggil dengan nama Mamang itu di Bandung, Minggu.

Peluncuran buku 206 halaman itu cukup unik. Dua pemuda penulis buku itu  adalah  "admin" dari #KumahaAingWeh. Mereka enggan memperlihatkan wajahnya, sehingga menggunakan topeng warna merah dan putih.

"Kami kan admin, jadi tidak boleh ada namanya. Ya Kumaha Aing Weh...., yang jelas buku ini mengupas keseharian anak muda, dongeng-dongeng orisinal dengan gaya lepas dan lugas, kami memberikan alternatif bacaan bagi pembaca," katanya.

Buku itu menceritakan tentang cerita-cerita anak muda Bandung dan dengan bumbu  dari kehidupan mereka dalam pergaulan khususnya terkait dengan jejaring sosial.

Salah satunya cerita kojo "Kuda Tarik" (kuda kencang) yang memaparkan keinginan seorang raja yang hendak melawan takdir, upaya itu dilakukan dengan luar biasa sehingga berakhir tragis.

"Pokoknya orang Sunda harus bisa bahasa Sunda, pakailah bahasa ibu kita jangan takut salah dan terus belajar. Bila memang salah karena memang kalian sudah berusaha dan itu nilainya lebih baik daripada tidak menggunakannya sama sekali," kata penulis itu.

Pewarta: Syarif Abdullah
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2013