Koba, Babel, (ANTARA) - Pemerintah Kabupaten Bangka Tengah, Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, menjadikan tradisi "ruah kubur" sebagai agenda wisata budaya yang terus dilestarikan dan dikembangkan karena sarat dengan nilai kearifan lokal.

"Kegiatan ruwah kubur ini tradisi keagamaan dan budaya temurun, perlu dilestarikan dan dikemas menjadi agenda budaya setiap tahun," kata Bupati Bangka Tengah Algafry Rahman usai menghadiri kegiatan ruah kubur yang digelar warga Desa Keretak Atas, Kecamatan Sungaiselan, Jumat.

Ruah kubur merupakan kegiatan keagamaan bagi umat Islam dengan menggelar tahlil dan doa bersama yang dipanjatkan untuk para leluhur atau keturunan mereka yang sudah meninggal dunia.

Tradisi ruah kubur biasanya digelar sebagian warga di beberapa desa menjelang memasuki bulan suci Ramadhan atau pada tanggal 12 dan 13 dalam bulan Syakban.

Namun bagi para leluhur terdahulu, mereka memadukan kegiatan keagamaan tersebut dengan ritual adat dan tradisi yang berkembang saat itu.

"Para leluhur kita menjadikan kegiatan ruah kubur ini sebagai ajang untuk bersilaturahim dengan menggelar makan bedulang (membawa beragam jenis makanan dari rumah yang diletakkan di dalam talam dan ditutup dengan tudung saji berbahan rotan)," kata Algafry.

Kemudian, kata bupati, dulang yang sudah disiapkan dari rumah masing-masing dibawa ke masjid untuk dimakan secara bersama, sembari doa bersama, mendengar pengajian dan tahlil.

"Kemudian tradisi ruah kubur terus berkembang dan melekat di tengah warga, bahkan sekarang di Desa Keretak menjadikan momentum ruah kubur untuk saling tandang dari rumah ke rumah seperti suasana Lebaran Idul Fitri," ujarnya.

Baca juga: Warga gelar "sedekah ruah" jelang Ramadhan

Baca juga: Tradisi Kuramasan digelar di kampung adat Miduana sambut Ramadhan


Setiap rumah menyajikan aneka makanan dan minuman untuk para tamu yang datang, bahkan pintu rumah warga terbuka selama 24 jam bagi siapa saja yang ingin bertandang.

Tidak saja dari kolega dan keluarga terdekat, tetapi juga banyak tamu asing yang sengaja datang ke Desa Keretak hanya untuk merayakan ruah kubur.

Camat Sungaiselan Jakara Akbar mengatakan ruah kubur di Desa Keretak sudah menjadi agenda budaya yang rutin digelar setiap tahun.

"Bahkan masyarakat Desa Keretak sudah mulai mengemas kegiatan ruah kubur dengan sangat menarik dan meriah, sehingga menjadi momentum dan ajang wisata budaya bagi siapa saja yang ingin datang berkunjung ke desa ini," ujarnya.

Jakara mengatakan, ruah kubur di Desa Keretak seperti suasana Lebaran Idul Fitri yang dinanti dan ditunggu setiap tahun. Bahkan warga desa tersebut yang tinggal di perantauan menyempatkan waktu pulang kampung untuk ikut merayakan ruah kubur.

"Ruah kubur yang dulu hanya diisi dengan kegiatan doa untuk orang yang sudah meninggal dunia, namun sekarang sudah dikemas dengan baik yang dipadukan dengan tradisi dan adat setempat sehingga menjadi daya tarik sebagai sebuah agenda wisata budaya," tutupnya.

Baca juga: Sambut Ramadhan, warga Madiun gelar tradisi "Megengan"

Pewarta: Ahmadi
Editor: Riza Mulyadi
Copyright © ANTARA 2024