Kupang (ANTARA) - Pemerintah Kabupaten Sumba Timur, Nusa Tenggara Timur (NTT) fokus melakukan pengembangan pangan lokal yakni sorgum pada lahan seluas 3.000 hektare.

"Sekarang kami sedang genjot soal sorgum, memang sudah mulai sejak tahun 2022, budidaya sudah lama, tapi baru kali ini dalam skala besar," kata Kepala Sub Bagian Perencanaan, Evaluasi, dan Pelaporan Dinas Pertanian dan Pangan Kabupaten Sumba Timur, Herman Hunga Njurumana saat dihubungi dari Kupang, Sabtu.

Herman mengatakan benih sorgum yang telah ditanam pada masa tanam 2023 sebanyak 24 ton atau terbagi menjadi tujuh kilogram per hektare.

Kini para penyuluh tengah melakukan pendampingan kepada para petani terkait pemeliharaan tanaman.

Para petani diharapkan memperhatikan kebersihan kebunnya, lalu rajin melakukan monitoring untuk bisa mengetahui apakah ada serangan hama atau penyakit.

"Masyarakat diharapkan memanfaatkan potensi atau sumber daya lain untuk menunjang pemenuhan pangan keluarganya," ucapnya.

Sebelumnya, pengembangan sorgum di Kabupaten Sumba Timur tahun 2022 dilakukan pada lahan 80 hektare yang terpusat di Kelurahan Watumbaka dan Desa Palakahembi, Kecamatan Pandawai.

Hasil produksi benih sorgum dari lahan itu tercatat mencapai 10 ton.

Herman mengatakan sorgum memiliki banyak manfaat bagi kesehatan dan menguntungkan dari sisi ekonomi.

Untuk kesehatan, pangan lokal ini cocok dikonsumsi oleh penderita diabetes.

Sedangkan dari sisi ekonomi, harga jual sorgum pun lebih tinggi dibanding pangan lainnya seperti jagung.

"Lalu sorgum menjadi tanaman yang tidak terlalu banyak membutuhkan sumber air," ucapnya.

Upaya pengembangan sorgum di kabupaten itu tidak mudah.

Herman berkata, masyarakat masih sulit menerima sorgum dibandingkan dengan jagung.

Namun, pegawai Dinas Pertanian dan Pangan Kabupaten Sumba Timur bersama penyuluh pertanian terus memberi pemahaman tentang manfaat dari sorgum.

Kini, mereka telah membangun sebuah gedung yang menjadi unit pengelolaan sorgum di Desa Palakahembi.

Dinas pun memberikan dukungan berupa bantuan benih dan pendampingan, sedangkan pengelolaan unit tersebut dilakukan secara swadaya oleh masyarakat.

Herman pun berharap masyarakat pelan-pelan dapat memahami pentingnya melestarikan pangan lokal seperti sorgum saat ini.

"Sorgum bisa gantikan jagung atau beras untuk dikonsumsi," kata Herman.


Baca juga: BPOM: Sorgum dapat menjadi alternatif untuk menurunkan stunting

Baca juga: BRIN: Sorgum dan jagung jadi alternatif pangan hadapi perubahan iklim

Pewarta: Fransiska Mariana Nuka
Editor: Nurul Aulia Badar
Copyright © ANTARA 2024