Dan sekarang kami ingin berinvestasi di Asia Tenggara terutama di Indonesia.
Surabaya (ANTARA) - Investor Belanda yang berasal dari perusahaan Foodventures menawarkan kerja sama bidang pertanian ke Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Jawa Timur (Jatim) saat melakukan kunjungan ke kantor Kadin setempat, di Surabaya, Rabu.

"Kami membawa teknologi pertanian, khususnya greenhouse farming yang sudah ada di Belanda hampir satu abad, ke berbagai negara lain yang belum memiliki ekosistem terkait dengan greenhouse farming. Oleh karena itu perusahaan kami mulai dari Eropa Timur, karena di sana belum ada," kata Business Development Southeast Asia Foodventures Lennart Knot di sela-sela kunjungan.

Lennart mengatakan saat ini Foodventures telah memiliki proyek di 10 negara termasuk di Ukraina, Georgia, Kazakhstan, China, Amerika Serikat, dan Swedia.

"Dan sekarang kami ingin berinvestasi di Asia Tenggara terutama di Indonesia. Indonesia menurut kami merupakan pasar yang paling besar dan paling cocok untuk proyek Foodventures," ujarnya.

Atas keinginan tersebut, Foodventures bersama GMBS Business Support tengah membuat visibility study untuk kemungkinan berinvestasi di Indonesia.

Kerja sama ini juga diharapkan terjadi transfer teknologi, karena nantinya mereka akan menggunakan teknologi pertanian di Belanda. Belanda adalah salah satu negara yang cukup maju dalam penerapan teknologi pertanian.

"Kami mengunjungi beberapa tempat di Indonesia yang cocok, baik dari sisi pasar ataupun lokasi pembangunan greenhouse. Dan hari ini kami sangat senang sekali berkunjung ke Kadin Jatim bertemu dengan sejumlah pihak di Jatim yang terkait dengan pertanian yang bisa membantu kami untuk mencari partner ataupun tempat yang cocok untuk membuat proyek baru," ujarnya lagi.

Ada beberapa pilihan bentuk kerja sama yang akan dilakukan, bisa dalam bentuk supplier, customer atau partner pemasaran dan investasi pertanian utamanya untuk komoditas hortikultura, yaitu sayur dan buah seperti tomat, timun, atau paprika.

Ia menegaskan, Jatim menjadi salah satu pilihan karena Jatim adalah wilayah yang pasarnya cukup besar, jumlah penduduk sangat besar dan menjadi pintu masuk ke Indonesia timur.

Apalagi saat ini sudah ada jalan tol ada Trans Jawa, sehingga distribusi dari Jatim ke Jawa Tengah dan Jawa Barat cukup mudah.

"Untuk nilai investasi, akan kami sesuaikan dengan ukuran dan teknologinya, tetapi kurang lebih Rp50 miliar untuk satu proyek," ujar Lennart Knot.

Ketua Kadin Jatim Adik Dwi Putranto mengatakan bahwa ini adalah peluang untuk perkembangan pertanian dan juga peluang bagi pengusaha dan petani di provinsi setempat untuk bisa belajar teknologi greenhouse dan hidroponik dalam praktik menanam komoditas hortikultura, seperti tomat, timun dan paprika.

Ia mengatakan teknologi greenhouse dan hidroponik memang terbilang mahal untuk jangka pendek. Tetapi jangka panjang, lebih menarik sebab produk yang dihasilkan akan lebih higienis dan produksi lebih pasti sebab tidak mengenal musim, sepanjang tahun.

Proyek ini akan menjadi proyek percontohan untuk melakukan edukasi kepada masyarakat bahwa teknologi hidroponik jauh lebih sehat dan lebih efisien karena nutrisi yang diberikan bisa disesuaikan dengan kebutuhan tanaman.
Baca juga: Belanda masuk jajaran lima besar investor utama di Indonesia
Baca juga: Pemkab pastikan Wavin BV bangun pabrik di KIT Batang

Pewarta: Willi Irawan
Editor: Budisantoso Budiman
Copyright © ANTARA 2024