Intensifikasi perlu dilakukan, misal, yang biasanya lahan itu menghasilkan empat ton bisa ditingkatkan menjadi 6-8 ton sekali panen
Surabaya (ANTARA) -
Ketua Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Jawa Timur Adik Dwi Putranto menyarankan pemerintah intensifikasi pertanian, yakni meningkatkan hasil agraris dengan mengolah lahan yang ada untuk mengatasi mahalnya harga beras.
 
"Intensifikasi perlu dilakukan, misal, yang biasanya lahan itu menghasilkan empat ton bisa ditingkatkan menjadi 6-8 ton sekali panen. Selain itu, ada namanya indeks tanam yang biasanya dua kali menjadi tiga kali setahun," ucapnya di Surabaya, Selasa.
 
Namun, kata dia, hal tersebut harus dilakukan secara serius agar dapat terlaksana di seluruh wilayah dan sudah dilakukan oleh Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Ngawi.
 
"Indeks tanam-nya di Ngawi itu saat ini sudah meningkat, kalau hal itu dilakukan Insya Allah permasalahan ini bisa teratasi," ujarnya.
 
Adik menjelaskan seharusnya stok beras di Indonesia, terlebih di Jawa Timur itu masih aman, namun ada permasalahan lain selain dampak cuaca El Nino yang membuat beras menjadi mahal.

Baca juga: Kadin menyambut peluang kerja sama pengusaha Jatim dengan Kanada

Baca juga: Kadin Jatim ajak Western Sidney University perkuat SDM industri
 
"Menurut saya, ada satu proses sebelum pendistribusian ke pasar agak lambat, mungkin saat pengepakan dari yang satu kuintal terus di-repacking menjadi beberapa kilogram itu membutuhkan waktu, jadi ada sedikit keterlambatan," ujarnya.
 
Kendati demikian, dirinya yakin bahwa permasalahan harga beras tinggi segera terselesaikan sebelum Hari Raya Idul Fitri 1445 Hijriah.
 
"Insya Allah selesai sebelum Lebaran, mungkin kurang dari sebulan selesai dan harga beras kembali normal, karena sudah sedikit menurun," tuturnya.
 
Oleh karena itu, dirinya berharap agar pemerintah dan pihak terkait bisa belajar dari masalah yang terjadi saat ini dengan memilih langkah tepat agar konsumen dan petani sama-sama tidak dirugikan.
 
"Ada kebijakan impor beras untuk menjadi stok yang telah dikeluarkan semuanya, namun jika impor-nya bersamaan dengan musim panen hal itu akan membuat harganya turun dan petani akan menangis. Tapi, jika tidak dilakukan harganya akan naik dan konsumen akan menjerit, jadi memang pendekatannya harus dikaji lebih dalam lagi," ujar Adik.

Pewarta: Indra Setiawan/Naufal
Editor: Chandra Hamdani Noor
Copyright © ANTARA 2024