Beijing (ANTARA) - Pameran kuil selama tujuh hari dibuka di Kota Guangzhou, China selatan, pada Sabtu (24/2), dalam rangka merayakan Festival Lampion atau Cap Go Meh dan menyuguhkan pertunjukan tari tradisional, tari barongsai, dan hidangan yang lezat.

"Saya merekam pameran ini dengan ponsel saya karena sangat meriah," kata Chen Yonghao, seorang turis dari Daerah Otonom Etnis Zhuang Guangxi, China selatan.

Chen mengunjungi pameran tersebut bersama istri dan anaknya. "Budaya tradisional di sini terpelihara dengan baik, dan pertunjukan budayanya sangat khas. Saya sangat senang bisa menghadiri festival ini, yang melambangkan reuni, bersama begitu banyak pengunjung lainnya," katanya.

Festival Lampion jatuh pada hari ke-15 di bulan pertama kalender lunar China. Orang-orang biasanya menggantung lampion warna-warni, memainkan permainan teka-teki, serta memanjatkan doa dan harapan mereka untuk masa yang akan datang.

Di Distrik Yuexiu, Guangzhou, lampion dan lampu menghiasi Taman Yuexiu, menciptakan suasana yang meriah. Di dekat lampu berbentuk loong, atau naga China, sepanjang 100 meter, seorang turis bernama Shen Xiaoran terlihat sedang merekam pemandangan tersebut dengan ponselnya.

"Bagi orang China, loong melambangkan cuaca yang baik untuk hasil panen dan kebahagiaan. Saya berharap semuanya berjalan dengan baik dan saya dapat mengarungi tempat kerja saya dengan mudah tahun ini," tutur Shen.

Di Kota Zhangye, Provinsi Gansu, China barat laut, sebuah acara budaya tradisional berusia ratusan tahun diselenggarakan pada Jumat (23/2) malam waktu setempat untuk merayakan Festival Lampion. Tradisi yang disebut Deretan Lampion Sungai Kuning Jiuqu ini merupakan warisan budaya takbenda bagi Provinsi Gansu.

Mengenakan topi tinggi dan jubah, Jiao Wenjie (53), seorang pewaris tradisi budaya ini, berjalan perlahan ke atas panggung dengan iringan musik.

Saat Jiao dan para pemain lainnya melantunkan doa untuk tahun baru yang penuh berkah, deretan lampu keemasan yang berkelok-kelok dinyalakan, membentuk sebuah labirin persegi yang besar. Gong dan genderang ditabuh, dan sekumpulan turis diizinkan masuk ke dalam labirin lampion dan menebak teka-teki yang telah disiapkan sebelumnya.

Deretan Lampion Sungai Kuning Jiuqu terdiri dari 365 lampion yang disusun menurut Formasi Sembilan Istana dan Delapan Trigram, yang digunakan untuk ramalan pada zaman China kuno. Dahulu, orang-orang percaya bahwa berjalan mengelilingi deretan lampion ini akan memberikan panen yang baik dan kehidupan yang lebih baik di tahun yang akan datang.

Niu Zhenhao, seorang turis dari Provinsi Shanxi, China utara, tahun ini melakukan perjalanan khusus untuk melihat lampion-lampion tersebut. "Deretan lampion ini mengandung elemen budaya yang sangat kaya, yang cukup menakjubkan," ujar Niu.

Di ibu kota China, Beijing, berbagai kegiatan pengalaman digelar di Taman Bukit Wangi. Para turis memainkan permainan teka-teki dan mendapatkan informasi tentang Festival Lampion dengan memindai kode QR yang digantung di lampion-lampion tersebut.

Guna menciptakan suasana yang meriah, lebih dari 400 kegiatan budaya, seperti pameran kuil dan pameran lampion, dijadwalkan digelar di Beijing selama festival berlangsung.

Pewarta: Xinhua
Editor: Santoso
Copyright © ANTARA 2024