Insiden-insiden kekerasan terhadap warga sipil, polisi dan militer di Sinai merupakan pekerjaan badan intelijen yang bertujuan membelokkan... protes damai revolusioner orang-orang kami di Sinai untuk menentang kudeta militer."
Kairo (ANTARA News) - Sejumlah orang bersenjata membunuh tiga polisi, seorang prajurit dan seorang warga sipil dalam serangan-serangan di Semenanjung Sinai, Mesir, Senin, kata beberapa pejabat.

Orang-orang bertopeng menembak mati tiga polisi yang menjaga sebuah kantor polisi di kota El-Arish, Sinai Utara, dan kemudian melarikan diri, kata seorang pejabat keamanan, lapor AFP.

Di bagian selatan kota itu, sejumlah penyerang tak dikenal yang naik mobil menembaki sebuah kendaraan lapis baja militer, menewaskan seorang prajurit, kata sumber yang sama.

Dalam insiden lain di daerah Sheikh Zuwayed dekat perbatasan dengan Jalur Gaza, orang-orang bersenjata melepaskan tembakan di dekat sebuah pos pemeriksaan, menewaskan satu warga sipil, kata seorang pejabat lain.

Militan di Sinai meningkatkan serangan terhadap pasukan keamanan setelah militer menggulingkan Presiden Mesir Mohamed Morsi pada 3 Juli.

Penumpasan militan yang dilakukan kemudian di Mesir menewaskan ratusan orang dan lebih dari 2.000 ditangkap di berbagai penjuru negara itu.

Kekacauan meluas di Sinai sejak penggulingan Presiden Hosni Mubarak dalam pemberontakan rakyat 2011 dan militan meningkatkan serangan-serangan terhadap pasukan keamanan di perbatasan dengan Israel.

Militan-militan garis keras yang diyakini terkait dengan Al Qaida memiliki pangkalan di kawasan gurun Sinai yang berpenduduk jarang, kadang bekerja sama dengan penyelundup lokal Badui dan pejuang Palestina dari Gaza.

Militan di Sinai, sebuah daerah gurun di dekat perbatasan Mesir dengan Israel dan Jalur Gaza, menyerang pos-pos pemeriksaan keamanan dan sasaran lain hampir setiap hari sejak militer menggulingkan Presiden Mohamed Morsi pada 3 Juli.

Sumber-sumber militer memperkirakan, terdapat sekitar 1.000 militan bersenjata di Sinai, banyak dari mereka orang suku Badui, yang terpecah ke dalam sejumlah kelompok dengan ideologi berbeda atau loyalitas suku, dan sulit untuk melacak mereka di daerah gurun itu.

Ikhwanul Muslimin kubu Morsi mengatakan, peningkatan kekerasan itu mungkin juga direkayasa sendiri oleh militer.

"Kami tidak mengesampingkan kemungkinan bahwa kekerasan di Sinai tercinta merupakan peristiwa rekayasa," kata juru bicara Ikhwanul Muslimin Ahmed Aref beberapa waktu lalu.

"Insiden-insiden kekerasan terhadap warga sipil, polisi dan militer di Sinai merupakan pekerjaan badan intelijen yang bertujuan membelokkan... protes damai revolusioner orang-orang kami di Sinai untuk menentang kudeta militer," tuduh pemimpin senior Ikhwanul Muslimin Essam El-Erian.


Penerjemah: Memet Suratmadi

Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2013