Jakarta (ANTARA News) - Wakil Presiden Jusuf Kalla mengeritik Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) dan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) agar lebih bersemangat melakukan inovasi dan menciptakan teknologi yang memberi nilai tambah bagi bangsa dan negara. Kritikan Wapres Jusuf Kalla tersebut dilontarkan ketika memberikan sambutan pada peringatan Hari Kebangkitan Teknologi Nasional (Hakteknas) ke-11 tahun 2006 di Istana Wapres Jakarta, Kamis. BPPT, katanya, bukan Badan Pembelian Peralatan Teknologi, sehingga seharusnya yang menjadi pembicaraan orang adalah bagaimana BPPT menerapkan teknologi yang bermanfaat bagi orang Indonesia. "Bukan membicarakan bagaimana membeli peralatan teknologi dari Inggris atau Jerman," katanya. Kementerian Riset dan Teknologi, lanjutnya, juga jangan hanya bangga memiliki kantor di gedung yang tinggi dan mewah, tetapi ketika ke dalamnya ternyata pegawainya banyak yang hanya membaca-baca koran. Demikian pula dengan LIPI, kata Wapres, banyak dikira merupakan kepanjangan dari Lembaga Ilmu Politik Indonesia, karena pernyataan yang sering keluar dari LIPI setidaknya pandangan politik yang menyerang pemerintah. "Tapi itu (pandangan politik) tidak apa-apa juga. Cuma LIPI itu Ilmu Pengetahuan rupanya, bukan Ilmu Politik," katanya. Karena itu, Wapres meminta agar BPPT dan LIPI bisa lebih memposisikan diri dengan tugas dan tanggung jawabnya masing-masing agar menumbuhkan semangat bangsa yang ingin maju. "Jangan hanya pintar bikin proposal, kita juga perlu semangat 45, tetapi teknologi (abad) 21," katanya. Wapres mendorong para peneliti dan pakar teknologi asal Indonesia mampu menciptakan teknologi yang lebih baik, inovatif, lebih cepat, dan lebih murah sehingga bisa memberi nilai tambah. Jika Presiden dan Wapres tidak ingin didemo petani karena kebijakan impor beras, katanya, maka ciptakanlah bibit-bibit padi yang lebih unggul kualitasnya dan lebih singkat masa tanamnya sehingga pemerintah tidak perlu impor beras. Demikian pula dengan masalah penggunaan BBM dari sumber fosil, perlu segera dicarikan sumber energi alternatif misalnya dari sumber nabati (bio fuel). "Kalau penyelesaiannya dengan menaikkan harga BBM sehingga pemerintah didemo, itu bukan penyelesaian," tegas Wapres. Mengenai peringatan Hari Kebangkitan Teknologi Nasional, Wapres menekankan agar selain diperingati tetapi juga harus melakukan evaluasi tahunan terhadap hasil-hasil yang telah dicapai dibandingkan dengan biaya, energi dan waktu yang telah dikeluarkan. Tanpa evaluasi itu, kata Wapres, maka bangsa Indonesia akan tetap menjadi pembeli teknologi, rajin menghadiri seminar dan penandatanganan MoU, serta tetap membanggakan peneliti asing. "Tapi saya yakin kita semua tidak mau seperti itu. Bangsa ini punya kemampuan, harga diri, dan bisa melihat ke depan untuk melaksanakan itu," katanya. Sementara itu Menristek/Kepala BPPT Kusmayanto Kadiman mengatakan, tema Hakteknas tahun ini adalah "Sumber Energi Baru dan Terbarukan sebagai SolusiStrategis Masa Depan". Tema tersebut dipilih karena ingin mengangkat salah satu dari enam prioritas kegiatan utama Ristek yaitu prioritas yang terkait dengan masalah energi. "Jaminan akan ketersediaan energi di masa depan sangat diperlukan bagi kesinambungan pembangunan nasional. Karenanya kegiatan riset dan Iptek untuk mengamankan tercapainya tujuan itu harus dimulai jauh hari sebelumnya," katanya. Hadir pada peringatan Hakteknas 2006 di Istana Wapres itu antara lain Menko Polhukam Widodo AS, Menristek Kusmayanto Kadiman, Mensos Bachtiar Chamsyah, Menkop dan UKM Suryadharma Ali, Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Bappenas Paskah Suzetta, Meneg Lingkungan Hidup Rachmat Witoelar, dan Menakertrans Erman Suparno. (*)

Copyright © ANTARA 2006