Jakarta (ANTARA News) - Departemen Luar Negeri (Deplu) telah mengevakuasi jenazah Warga Negara Indonesia (WNI) Mulyadi yang ditembak mati oleh tentara Papua Nugini (PNG) di perairan perbatasan Indonesia-PNG dengan tuduhan melintas batas telah dievakuasi ke Papua, Indonesia, sore ini. "Jenazah Mulyadi sudah diserahkan ke Pemerintah Papua sekitar pukul 17.00 WIT," kata Juru Bicara Deplu Desra Percaya di Jakarta, Kamis. Mulyadi adalah salah seorang nelayan tradisional Indonesia dari kapal "Buana Jaya" yang ditembak oleh tentara PNG pada Selasa (8/8) sekitar pukul 10.00 WIB. Dari 10 orang orang yang ditahan, satu orang bernama Mulyadi meninggal, dua orang Hamid dan Gopal luka-luka dan tujuh orang ditahan. "Hamid dan Gopal hingga kini masih berada di rumah sakit di PNG, sementara itu tujuh lainnya masih ditahan," katanya. Pemerintah Indonesia, lanjutnya, memprotes keras insiden penembakan tersebut dan telah memanggil duta besar PNG untuk menyerahkan nota protes. "Pemerintah memprotes keras dan memanggil Dubes PNG Christopher S Mero hari ini (Kamis, red) untuk bertemu pihak Deplu guna menyerahkan nota protes," katanya. Menurut Jubir RI, pada kesempatan pertemuan tersebut Dubes PNG hanya bisa mendengar, mencatat dan berjanji untuk menyampaikan sikap Pemerintah Indonesia ke Port Moresby, PNG. "Hingga kini belum ada pernyataan resmi dari Pemerintah PNG mengenai peristiwa itu namun kita (Indonesia --red) meminta investigasi, klarifikasi dan proses hukum bagi pihak yang bertanggung jawab," ujarnya. Pihak Deplu menerima informasi itu dari perwakilan RI di Vanimo yang memperoleh laporan dari masyarakat setempat bukan dari pemerintah PNG, kata Jubir RI. Para nelayan tersebut berasal dari Palopo Sulawesi tapi sudah menetap di Dok Lima Jayapura. "Pihak Deplu telah menyampaikan belasungkawa terhadap keluarga korban," katanya.(*)

Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2006