Washington (ANTARA) - Sanksi Amerika Serikat terhadap Rusia belum memberikan konsekuensi yang diinginkan, yaitu memperlambat perekonomian Moskow, kata mantan anggota Dewan Eksekutif Dana Moneter Internasional (IMF) Hossein Askari kepada kantor berita Sputnik.

Askari mengemukakan bahwa hal itu karena terus mengalirnya ekspor energi Rusia, terutama ke negara-negara kekuatan ekonomi utama seperti China dan India, negara-negara yang enggak diberi sanksi oleh AS.

"Dua negara yang membutuhkan migas adalah China dan India, ini adalah negara besar yang bersedia menentang sanksi sekunder AS,” kata Askari.

“Selama harga minyak dan gas berada pada diskon yang dapat diterima dan mereka tahu bahwa AS juga tidak mampu memberikan sanksi kepada mereka, terutama China,” lanjutnya.

Rusia, tambah Askari, telah memetik beberapa pelajaran tentang cara terbaik menghindari sanksi tertentu.

Pekan lalu, Amerika Serikat memberlakukan sekitar 500 sanksi baru terhadap masyarakat dan entitas Rusia, termasuk sektor energi, dalam rangka peringatan dua tahun operasi militer khusus Moskow di Ukraina.

Secara keseluruhan, Amerika Serikat telah menjatuhkan sekitar 3.500 sanksi anti-Rusia terhadap individu dan entitas sejak dimulainya operasi militer khusus Rusia pada Februari 2022.

Awal bulan ini, juru bicara Dana Moneter Internasional (IMF) Julie Kozack mengatakan bahwa perekonomian Rusia telah mengejutkan para pengamat dalam hal kekuatan dan pertumbuhan meskipun ada upaya Barat untuk membatasi perekonomiannya melalui sanksi.

Namun, Kozack menambahkan bahwa IMF memproyeksikan sanksi dan masalah sumber daya manusia ini dapat berdampak pada perekonomian Rusia dalam jangka menengah.

Sumber: Sputnik

Baca juga: Selandia Baru sanksi 45 warga Rusia terkait dukungan agresi ke Ukraina
Baca juga: Rusia: Konflik Israel-Palestina takkan selesai jika hukum tak dihargai

Penerjemah: M Razi Rahman
Editor: Arie Novarina
Copyright © ANTARA 2024