Bandung (ANTARA) - Pemerintah Provinsi (Pemprov) Jawa Barat berharap beras impor yang direncanakan masuk ke Indonesia, bisa menstabilkan harga beras di pasaran, khususnya di Jawa Barat yang kini masih tinggi.

Penjabat (Pj) Sekretaris Daerah (Sekda) Provinsi Jawa Barat M Taufiq Budi Santoso, di Bandung, Kamis, mengatakan saat ini produksi beras dalam negeri masih terganggu karena masa panen belum terjadi akibat bergesernya waktu tanam sebelumnya, sehingga mau tidak mau dilakukan impor beras.

"Karenanya kita sangat tergantung impor untuk men-support produksi dalam negeri yang belum musim panen raya. Mudah-mudahan dengan adanya beras impor yang masuk dan yang sudah panen di dalam negeri, ini bisa menstabilkan semua, ditambah panen raya yang diperkirakan Maret 2024 ini," kata Taufiq.

Ia mengatakan, stok beras di Jawa Barat  dipastikan aman dan tersedia oleh Badan Urusan Logistik (Bulog), dan tinggal didistribusikan sebaik-baiknya.

Sejauh ini, kata Taufiq, distribusi beras dan komoditas pangan lainnya, dilakukan oleh Satgas Pangan, dan Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) di kabupaten/kota dengan dilakukan gerakan pangan murah, serta diusahakan bagaimana retail-retail modern bisa juga menampung dan menyediakan beras SPHP guna menciptakan situasi tenang di masyarakat, namun diindikasikan olehnya masih kurang.

"Jadi kalau lihat dari stok yang ada di Bulog, itu Alhamdulillah kita semua yakin bahwa ini tersedia dengan baik, tinggal masalahnya distribusinya (harus diperbaiki), mudah-mudahan bisa segera diatasi," ucap Taufiq.

Sebelumnya, diinformasikan harga beras di pasaran sendiri diketahui antara Rp13 ribu sampai Rp15 ribu per kilogram bahkan lebih tinggi untuk beras medium, dan beras premium sampai Rp17 ribu per kilogram atau lebih tinggi.

Penjabat (Pj) Gubernur Jawa Barat Bey Triadi Machmudin membenarkan ketersediaan beras stok Badan Urusan Logistik (Bulog) di beberapa retail memang seret.

Menurut Bey, hal tersebut disebabkan proses pengadaan beras oleh retail yang sedikit terhambat karena administrasi dalam permintaan beras yang diharuskan ke Bulog Pusat.

"Kemarin itu saya ke retail-retail, ya itu administrasi seperti di Lotte, jadi kebanyakan belum masuk ada administrasi yang menunggu diselesaikan, harus tercatat dulu di Bulog pusat," kata Bey di Bandung, Kamis (22/2).

Di beberapa retail, Bey mengungkapkan bahwa sejauh ini, beras yang masuk untuk kategori medium bukan dari Bulog, dengan Harga Eceran Tertinggi (HET) kategori premium.

Perum Bulog Jawa Barat sendiri mengungkapkan bahwa stok beras di Jabar aman untuk memenuhi kebutuhan selama Ramadhan dan Idul Fitri 2024.

"Stok beras yang dikuasai oleh Bulog Jabar sebesar 93 ribu ton dan dalam perjalanan sebanyak 40 ribu ton. Jadi total stok beras di Bulog Jabar akan mencapai 133 ribu ton," kata Pimpinan Wilayah Bulog Jawa Barat M Attar Rizal di Bandung, Jumat (16/2).

Pada 2024, Perum Bulog Kanwil Jabar juga menyatakan akan menyalurkan bantuan pangan sebanyak 44 ribu ton per bulan, dan akan dibagikan kepada 4,4 juta keluarga penerima manfaat di Jabar.

Sejak Januari 2024, Bulog Jabar sudah menggelontorkan sebanyak 17 ribu ton beras SPHP ke pasar-pasar, baik tradisional maupun modern.

Pewarta: Ricky Prayoga
Editor: Evi Ratnawati
Copyright © ANTARA 2024