Stok beras Jabar sampai Lebaran aman, dan tidak dalam situasi defisit.
Bandung (ANTARA) -
Penjabat (Pj) Gubernur Jawa Barat (Jabar) Bey Triadi Machmudin menegaskan beras di Jabar tidak dalam keadaan defisit, malah stoknya mencukupi sampai Hari Raya Idul Fitri pada 10-11 April 2024.

"Stok beras Jabar sampai Lebaran aman, dan tidak dalam situasi defisit," ujar Bey Machmudin, di Gedung Sate, Bandung, Rabu.

Untuk menjaga beras tetap tersedia bagi masyarakat, Bey mengatakan Pemprov Jabar terus berkomunikasi secara intens dengan Bulog untuk penyediaan beras di retail-retail.

Namun menurut Bey lagi, distribusi beras dari Bulog ke retail kedatangannya bertahap, mengingat cadangan beras tersebut harus diproses terlebih dahulu hingga menyebabkan jumlahnya terkesan sedikit.

"Harus dilakukan pengepakan segala macam, jadi jumlahnya pun sedikit," katanya lagi.

Karenanya, Bey mengimbau masyarakat tetap tenang untuk menyikapi kelangkaan dan kenaikan beberapa komoditas, dengan menyesuaikan belanja dengan kebutuhan.

Selain itu, Bey juga meminta pemda kabupaten dan kota lebih gencar mengadakan pasar murah secara masif untuk meringankan beban masyarakat, tidak melulu mengandalkan provinsi.

"Selain masyarakat tidak perlu panic buying, pasar murah (harusnya) digeber di kabupaten dan kota, jadi tidak hanya kami (provinsi). Tapi kembali lagi kepada anggaran masing-masing (kabupaten/kota) apakah ada atau tidak," ujarnya pula.

Sebelumnya, Kepala Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura Jabar Dadan Hidayat mengatakan dalam waktu dekat Jabar akan panen raya padi dengan durasi tiga bulan yakni April-Mei-Juni.

Dadan menyebutkan total luasan sawah siap panen sekitar 200 ribu hektare yang akan menghasilkan gabah kering giling (GKG) rata-rata 5,7 ton per hektare atau total sekitar 1,1 juta ton GKG.

"Hasil berasnya jadi berapa, tinggal dikalikan 57,7 persen. Menurut hitungan BPS gabah kering giling dikonversi ke beras itu 57,7 persen," ujarnya.

Untuk ketahanan pangan jangka panjang, DTPH setempat juga akan mengoptimalkan sawah tadah hujan dengan dibantu sistem pompanisasi, sistem ini rencananya akan mulai dicoba pada musim tanam April-September.

"Kami akan mencoba menginventarisasi potensi lahan sawah tadah hujan dan pompanisasi. Kami sudah punya data 300.000 hektare-an dan bisa dibuat dua kali panen," kata Dadan.

Sistem padi tadah hujan dan pompanisasi merupakan inisiasi Kementerian Pertanian RI yang diakselerasi provinsi serta pemda kabupaten dan kota.
Baca juga: Pj Gubernur Jabar: Musim panen dan tanam 2024 lebih normal dari 2023
Baca juga: Jabar perkirakan panen raya mulai April 2024 akan surplus beras

Pewarta: Ricky Prayoga
Editor: Budisantoso Budiman
Copyright © ANTARA 2024