Danau-danau di Indonesia dapat memiliki kontribusi signifikan terhadap emisi metana global
Jakarta (ANTARA) - Peneliti Kelompok Riset Dinamika Proses Perairan Darat BRIN Cynthia Henny mengatakan ekosistem akuatik menjadi sumber dari gas rumah kaca, dan diperkirakan memberikan kontribusi sebesar 32 hingga 58 persen dari total emisi gas metana alami bumi.
 
"Penelitian-penelitian terbaru juga menunjukkan bahwa danau tropis dengan suhu yang lebih tinggi dapat mengakumulasi hingga 400 persen lebih banyak metana dibandingkan danau di zona subtropis dengan suhu yang lebih rendah,” katanya dalam keterangan di Jakarta, Kamis.
 
Eutrofikasi danau yang meningkat dapat meningkatkan produksi dan emisi gas metana dari danau. Mayoritas produksi metana dari danau berasal dari proses mikroba anaerobik yang dinamakan metanogenesis.
 
Akumulasi metana biogenik di dasar air danau yang anoksik dapat terjadi akibat stratifikasi permanen dan pertukaran air yang lambat antara lapisan air yang oksik dan anoksik.
 
Cynthia telah menelaah konsentrasi metana dan potensi akumulasinya pada berbagai jenis danau utama di Indonesia, di antaranya Danau Toba yang merupakan danau tektovulkanik berkedalaman 508 meter di Sumatera Utara.
 
Kemudian, Danau Maninjau yang juga merupakan danau tektovulkanik berkedalaman 168 meter di Sumatera Barat, Danau Matano di Sulawesi Selatan, Danau Sentani di Papua, dan Danau Paniai di Papua Tengah.
 
Cynthia menggunakan metode penelitian konsentrasi metana dalam air dihitung berdasarkan fungsi kelarutan untuk metana.
 
Menurutnya, kandungan metana terakumulasi pada air dasar anoksik di Danau Matano yang sangat dalam jauh lebih tinggi dibandingkan di Danau Maninjau. Padahal, Danau Maninjau mempunyai kandungan akumulasi bahan organik yang tinggi di dasar danau.
 
"Hal ini mungkin dikarenakan terjadi fermentasi bahan organik di dasar danau yang anoksik secara tidak sempurna, sehingga terjadi akumulasi senyawa asam lemak yang dapat mengganggu proses metanogenesis 
-pembentukan gas metana-," kata Cynthia.
 
"Hal lain tingginya kandungan sulfat dan nitrat dapat menyebabkan bakteri metanogen bersaing untuk sumber karbon dengan bakteri denitrifikasi dan pereduksi sulfat,” katanya.
 
Sumber karbon yang tersedia secara mudah (asetat dan karbon dioksida) dapat memicu produksi metana biogenik anaerobik yang tinggi.
 
Ketersediaan sumber karbon yang tinggi di Danau Maninjau dan Danau Sentani mungkin tidak membuat reduksi sulfat dapat mengalahkan metanogenesis. Namun, budidaya perikanan seperti akuakultur dapat berkontribusi pada produksi metana yang tinggi di danau.
 
"Danau-danau di Indonesia dapat memiliki kontribusi signifikan terhadap emisi metana global karena sering mengalami pencampuran, seperti Danau Maninjau,” kata Cynthia.
 
Kepala Pusat Riset Limnologi dan Sumber Daya Air BRIN Hidayat menjelaskan, metana dapat terakumulasi di danau melalui proses alami seperti dekomposisi bahan organik di sedimen.
 
Level metana yang meningkat dapat memiliki implikasi dengan memberikan kontribusi pada emisi gas rumah kaca yang dapat berdampak pada pemanasan global.
 
Pada kondisi aerobik, kata Hidayat, bakteri penghasil metana berkembang dengan baik apabila tersedia sumber karbon dari penguraian bahan organik.
 
"Karena itu, penting untuk memantau dan memahami dinamika metana di dalam air, untuk manajemen ekologi dan mengatasi kekhawatiran terhadap iklim," kata Hidayat.

Pewarta: Sugiharto Purnama
Editor: M. Tohamaksun
Copyright © ANTARA 2024