perlu banyak penelitian tentang buku yang ditulis oleh orang Jawa, atau buku tentang Sastra Jawa
Jakarta (ANTARA) - Profesor Filologi Indonesia di University of Cologne, Jerman, Prof. Dr. Edwin P. Wieringa mendorong anak muda lebih banyak meneliti bidang Sastra Jawa dan autobiografi oleh para penulis dari Jawa agar riset di bidang tersebut tidak punah.

"Penelitian tentang Sastra Jawa perlu dilihat dengan kaca mata baru, mengingat sebagian besar penulis berasal dari warga negara asing (WNA), karena kekhawatiran bahwa studi Sastra Jawa di luar Indonesia akan hilang dan lenyap, sedangkan kajian di Indonesia, utamanya studi bahasa dan sastra tidak laku, jumlah mahasiswanya kecil sekali," kata Edwin dalam diskusi yang diikuti secara daring di Jakarta, Kamis.

Edwin menyampaikan hal tersebut dalam diskusi bersama Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) yang bertajuk "Genre Riwayat Hidup dalam Sastra dan Persoalan Modernitas."

Menurutnya, bidang Javanologi di Indonesia semakin terancam punah, dan selama ini Sastra Jawa tidak pernah dipertimbangkan dalam khazanah sastra dunia, karena penelitian yang membahas bidang tersebut masih sangat sedikit.

"Bidang Javanologi terancam punah, mengapa Sastra Sansekerta, Arab, Tionghoa, Jepang, Inggris, Perancis atau Jerman dianggap bagus dan bernilai tinggi, sedangkan Sastra Jawa diremehkan? Sampai sekarang, hanya karya Shakespeare yang dijadikan bahan kuliah di seluruh dunia, tetapi tidak ada yang tahu karya Yasadipura atau Ranggawarsita," ujar dia.

Baca juga: Akademisi: Perlu upaya bersama pertahankan eksistensi sastra Jawa Kuno
Baca juga: 545 peserta bersaing di Kompetisi Bahasa dan Sastra Jawa Yogyakarta


Ia menyesalkan masih sedikitnya penelitian tentang Sastra Jawa yang dilakukan oleh anak-anak muda, karena sebagian besar penelitian tersebut dilakukan oleh para peneliti yang berusia 60 tahun ke atas.

"Perlu banyak penelitian tentang buku yang ditulis oleh orang Jawa, atau buku tentang Sastra Jawa, misalnya, teks 'Lalakone' Raden Sasrakusuma tentang perjalanan nasib, di situ ada ide bagus yang disampaikan, bahwa dalam hidup ini tergantung pada kuasa Allah SWT, Tuhan yang Maha Esa," ucapnya.

Pesan Sasrakusuma untuk anak-cucu dan generasi berikutnya bahwa orang harus hidup menurut keinginan Allah SWT, menurut Edwin adalah pesan penting yang perlu diturunkan dari generasi ke generasi.

Bentuk autobiografi yang digunakan oleh Sasrakusuma dalam teks Lalakone tersebut, dapat dipelajari sebagai alat untuk instruksi moral atau dalam istilah Jawa disebut piwulang, yakni wahana atau sarana untuk mencapai suatu tujuan.

"Riwayat hidup R. Sasrakusuma sebetulnya bukan sastra, melainkan catatan pribadi untuk keluarga, dan tidak ditulis dalam bahasa indah untuk orang banyak, tetapi juga tidak dipengaruhi oleh contoh barat, karena sudah mengakar dari tradisi Jawa itu sendiri," paparnya.

Baca juga: Ari Dwipayana sebut perlu ada aksi afirmasi lindungi sastra Jawa Kuno
Baca juga: Yogyakarta manfaatkan film untuk pelestarian sastra Jawa


Untuk itu, ia menekankan perlunya lebih banyak penelitian yang dilakukan agar Sastra Jawa bisa menjadi bahan literatur yang dipertimbangkan dalam khazanah sastra dunia.

Ia juga menyinggung bab terakhir dalam buku "Storied Island: New Explorations in Javanese Literature" karya Ronit Ricci yang diterbitkan pada tahun 2023.

"Tujuan buku tersebut yakni untuk memperkenalkan Sastra Jawa kepada khalayak ramai, karena di satu sisi, khazanah Jawa sangat kaya dan beraneka ragam, tetapi di sisi yang lain, hampir tidak pernah diteliti," kata dia.

Ia mengutarakan, penelitian tentang sastra lewat autobiografi sangat penting karena bisa dilihat dari berbagai macam perspektif, misalnya sebagai peringatan atau nasihat agar pembaca bisa belajar sari pengalaman dari menulis autobiografi, atau agar kehidupan salah satu orang dapat menjadi pelajaran bagi orang lain, yang juga bersifat mendidik.

Baca juga: Sastrawan: Sastra Jawa akan tetap bertahan di era milenial
Baca juga: Yogyakarta gelar festival sastra wujud apresiasi pelestari sastra Jawa

Pewarta: Lintang Budiyanti Prameswari
Editor: Budhi Santoso
Copyright © ANTARA 2024