Padang (ANTARA) - Badan Pusat Statistik (BPS) Sumatera Barat (Sumbar) menjelaskan naiknya sejumlah indeks kelompok pengeluaran menjadi pemicu terjadinya inflasi di Ranah Minang yang mencapai 3,32 persen secara year on year (yoy).

"Inflasi ini akibat kenaikan harga indeks pengeluaran kelompok makanan, minuman dan tembakau sebesar 6,84 persen," kata Kepala BPS Sumbar Sugeng Arianto di Padang, Jumat.

Kelompok lainnya yang turut memicu inflasi yakni pakaian dan alas kaki sebesar 2,01 persen, kelompok perumahan, air, listrik dan bahan bakar rumah tangga sebesar 1,65 persen.

Selanjutnya kelompok perlengkapan, peralatan dan pemeliharaan rutin rumah tangga menyumbang inflasi sebesar 0,59 persen, kesehatan 2,88 persen, transportasi 1,39 persen, kelompok informasi, komunikasi, dan jasa keuangan 0,07 persen.

Berikutnya, kata Sugeng, kelompok rekreasi, olahraga dan budaya juga turut menyumbang inflasi 1,07 persen, kelompok pendidikan 1,83 persen, penyediaan makanan dan minuman/restoran sebesar 1,73 persen serta perawatan pribadi dan jasa lainnya 2,49 persen.

Lebih detail, jika dilihat berdasarkan bulan ke bulan (m to m) maka inflasi Provinsi Sumbar pada Februari 2024 berada di angka 1,17 persen. Secara keseluruhan Kabupaten Pasaman Barat menjadi daerah penyumbang inflasi secara yoy tertinggi yakni sebesar 5,52 persen dengan indeks harga konsumen (IHK) 108,60.

"Inflasi terendah terjadi di Kota Bukittinggi yakni 2,31 persen dengan IHK 105,41," ujarnya.

Ia mengatakan komoditas yang dominan memberikan andil inflasi yoy pada Februari 2024 antara lain cabai merah, beras, sewa rumah, daging ayam ras, rokok, cabai rawit, mobil, kentang, bawang putih, kontrak rumah, minyak goreng, ikan, tomat, tarif air minum PAM, dan lain sebagainya.

"Sebaliknya, komoditas yang turut memberikan andil deflasi yakni beberapa jenis ikan, bahan bakar rumah tangga, buah-buahan dan ayam," kata dia.

Pewarta: Muhammad Zulfikar
Editor: Evi Ratnawati
Copyright © ANTARA 2024