Denpasar (ANTARA News) - Buku setebal 207 halaman yang memuat tentang unsur sastra Bali klasik yang disebut "Geguritan", dibedah di hadapan sivitas akademika Universitas Hindu Indonesia (UNHI) Denpasar, Jumat. Tampil selaku pembahas dari buku karya dr Ida Bagus Rai tersebut, Drs IB Gede Agastia, pemerhati sastra Bali yang kini menjadi anggota Dewan Perwakilan Daerah (DPD) asal Pulau Dewata. "Geguritan" yang bentuk penyajiannya mirip dengan prosa liris, terbagi dalam beberapa baris dan bait seperti layaknya prosa lama, yang membedakan di dalam geguritan terdapat beberapa pupuh yang lazim dijumpai tembang tradisional baik Sunda, Jawa maupun Bali. Pupuh tersebut antara lain durma, ginada, sinom, maskumambang, ginanti, mijil, semarandana dan pangkur. Agastia yang juga mantan dosen Sastra Unud itu mengatakan, IB Rai yang lahir di Ubud, Bali 5 Juni 1910, dari hasil karya sastranya yang berjudul "Dokter Ida Bagus Rai dan Karya Sastranya" itu, tampak sangat memperhatikan situasi sosio-kultural yang dihadapi oleh generasi muda. "Dia seorang penganut filsafat kesehatan yang memandang kesehatan berkaitan dengan situasi total manusia dan lingkungannya, oleh karena itu dia memperhatikan perlu dan pentingnya menyebarkan pengertian-pengertian kesehatan rohani," paparnya. Dikatakan, dalam setiap gubahan tulisan dalam buku tersebut unsur kesehatan selalu ditonjolkan. Sehingga dengan lirik itu diharapkan kepada masyarakat luas menghargai, bahwa kesehatan dalam tubuh manusia sangat penting. Ia mengungkapkan, tampak dalam karya tulisnya sangat memahami dan menguasai dengan baik konvensi sastra geguritan itu, dan ada usaha dalam penyajian sesuatu yang baru dalam khasanah perbendaharaan kesusastraan Bali. Tidak itu saja, dalam setiap karya yang ditulisnya usaha membina kehidupan agama, selalu menyebarkan nilai-nilai agama yang hakiki dan universal.(*)

Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2006