Jakarta (ANTARA News) - Duta Besar Libanon untuk Indonesia, Hassan Muslimani, menyatakan bahwa bangsanya saat ini belum membutuhkan pejuang dari luar, karena rakyatnya masih mampu berjuang menghadapi agresi Israel. "Kami sangat menghargai semangat warga Indonesia yang ingin berjuang, tetapi yang kami butuhkan adalah dukungan moril dari bangsa lain di dunia," katanya kepada pers di Kantor Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Jakarta, Jumat. Pernyataan pers itu juga dihadiri oleh Dubes Palestina untuk Indonesia, Fariz N. Mehdawi, Dubes Suriah untuk Indonesia, Moh Darwish Baladi, dan Dubes Iran untuk Indonesia, Behrooz Kamal Vandi, serta ketua PP Muhammadiyah, Din Syamsuddin. Pihaknya juga berterimakasih atas dukungan pemerintah dan rakyat Indonesia, serta negara-negara tetangga dan umat Islam yang diberikan kepada Libanon selama ini. Sementara itu, Moh Darwish Baladi mengatakan, Suriah sangat mendukung perjuangan rakyat Libanon untuk mempertahankan diri dari agresi Israel, baik moril, politik dan kemanusiaan. Namun demikian, Suriah belum turut memberi dukungan pasukan bersenjata ke Libanon, karena pemerintah Libanon masih mampu membela diri dan belum memerlukan personel militer dari luar negeri. Suriah, lanjut dia, juga sangat mendukung rakyat Palestina berjuang menghadapi tekanan dan siksaan terus-menerus dari Israel, bahkan Suriah telah turut terlibat dalam 10 perang selama 60 tahun pendudukan Israel di Timur Tengah. Ia juga menyayangkan militer Israel yang sampai hati menghalang-halangi berbagai bantuan kemanusiaan ke Libanon, padahal korban tewas akibat serangannya itu sudah ratusan jumlahnya, selain ribuan orang terluka. Selain itu, ia juha menyatakan, heran dengan sikap Amerika Serikat (AS) yang selalu menghalang-halangi upaya penghentian agresi Israel kepada negara-negara tetangganya, karena setidak-tidaknya sudah 40 kali veto dijatuhkan AS di PBB demi kepentingan Israel. "Israel menjadikan alasan dua serdadunya yang ditangkap ketika dalam kondisi perang sebagai alasan agresi, padahal Israel sendiri menculik delapan Menteri Palestina, dan sekian puluh anggota Dewan Tingginya dari rumah-rumah mereka, bukan dalam keadaan perang," katanya. Sementara itu, Fariz N. Mehdawi mengatakan, agresi Israel terhadap negara-negara tetangganya bukan merupakan yang pertama kalinya, kebetulan saja Libanon saat ini mendapat giliran. "Padahal, Libanon termasuk negara yang paling tidak mau terlibat dengan perlawanan terhadap Israel," katanya. Israel tak pernah tulus melakukan perdamaian dengan Palestina dan negara tetangganya, sehingga inisiatif apa pun, sampai solusi terakhir, peta jalan damai (roadmap), selalu gagal, demikian Mehdawi. (*)

Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2006