Jakarta  (ANTARA News) - ASEAN yang terbentuk tahun 1967 sebagai Perhimpunan Bangsa-Bangsa di Asia Tenggara terus bergerak maju dengan prakarsa-prakarsa menciptakan kawasan dinamis secara ekonomi dan politik.

Para pakar mengemukakan berbagai pandangan mereka atas perhimpunan ini yang terdiri atas 10 negara anggotanya termasuk Indonesia bertemu di Brunei Darussalam pada 8 hingga 10 Oktober 2013 khususnya membahas kemajuan terhadap realisasi Komunitas ASEAN pada 2015. Masih ada waktu dua tahun lagi sebelum tenggat, implementasi Peta Jalan bagi Komunitas ASEAN menunjukkan capaian-capain penting di tiga pilar Komunitas.

ASEAN beranggota Brunei Darussalam, Filipina, Indonesia, Kamboja, Laos, Malaysia, Myanmar, Singapura, Thailand dan Vietnam.

Dengan tema "Our People, Our Future Together", Konferensi Tingkat Tinggi ke-23 ASEAN akan membahas cara-cara mengonsolidasikan tiga capaian memenuhi sasaran 2015 untuk memiliki Komunitas ASEAN yang secara ekonomi terintegrasi, secara politik kompak dan secara sosial bertanggung jawab dan untuk menjamin posisi ASEAN dalam masyarakat internasional pada 2015 dan seterusnya.

Selain para kepala negara dan kepala pemerintahan dari negara-negara anggota ASEAN, pimpinan negara-negara non-anggota dan organisasi internasional yaitu RRC, India, Jepang, Korea Selatan, Amerika Serikat dan Sekretariat Perserikatan Bangsa-Bangsa akan berperan serta. Selain persetujuan-persetujuan penting yang akan diambil, KTT tahun ini akan menyaksikan penyerahan keketuaan ASEAN kepada Myanmar.

Sebagian pakar berpendapat bahwa cara-cara yang digunakan ASEAN yang dikenal dengan sebutan "ASEAN Way" berada di persimpangan jalan. Prinsip tidak campur tangan dalam masalah domestik negara-negara lain yang telah dipegang oleh ASEAN mendapat kecaman. Ada juga yang mempertanyakan apakah ASEAN bisa eksis 50 tahun lagi.

Sejak terbentuk hingga usianya kini 46 tahun, ASEAN menghadapi peluang dan tantangan. Fakta menunjukkan bahwa walaupun ada perbedaan sejarah dan rivalitas, negara-negara anggota memiliki komitmen yang kuat untuk merealisasikan tiga pilar dari Komunitas ASEAN pada 2015. Dengan penduduk lebih 600 juta jiwa, setengah dari populasi India, PDB ASEAN akan mencapai 4,7 juta triliun dolar AS pada 2020, tak jauh dari apa yang Jepang capai saat ini.

Dengan tantangan dan peluang yang dihadapinya Menteri Luar Negeri Singapura K. Shanmugam mengatakan baru-baru ini bahwa ASEAN harus kredibel, bersatu dan kompak dalam mengarungi "air yang berombak" pada saat kekuatan-kekuatan besar berebut pengaruh di kawasan itu.

Kekuatan-kekuatan besar itu ialah Amerika Serikat, China, India dan Jepang. Mereka memberikan perhatian khusus kepada kawasan ini. Persaingan mereka dapat dilihat di laut China selatan dan Selat Malaka.

Kekompakan ASEAN pernah diuji. Ujian tahun lalu terjadi ketika Pertemuan Tingkat Menteri (AMM) ASEAN di Phnom Penh gagal untuk pertama kali dalam sejarah 45 tahunnya untuk menyepakati komunike bersama guna mengatasi perbedaan soal laut China selatan.

"ASEAN akan menjadi pemain dalam isu-isu geopolitik regional di masa mendatang sepanjang kita masih relevan," kata dia.

Sekretaris Jenderal ASEAN Le Luong Minh mengatakan bahwa KTT ke-23 ASEAN menandai tahun sangat produktif pembangunan Komunitas ASEAN.

Tentu usaha-usaha untuk mencapai sasaran-sasaran terus dikonsultassikan dan dikordinasikan di antara para anggotanya.

Relevansi ASEAN dari berbagai sudut pandang tiga pilar tersebut akan terus dilakukan di tengah-tengah perebutan pengaruh kekuatan-kekuatan di kawasan.

Ke mana arah ASEAN bergerak? Para kepala negara termasuk Presiden Susilo Bambang Yudhoyono --yang akan mengikuti KTT terakhir kali karena sudah dua periode sebagai presiden RI-- dan kepala pemerintahan lain akan duduk bersama serta mengambil keputusan-keputusan dengan cara konsensus yang sudah menjadi tradisi di ASEAN, menjadikannya relevan, kredibel dan kompak.
(M016/Z002)

Oleh Mohamad Anthoni
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2013