Jakarta (ANTARA) - Kementerian Agama menggelar kegiatan Ngaji Budaya yang melibatkan 500 peserta dari Bali yang terdiri berbagai unsur seperti penyuluh agama, pamong budaya, seniman/budayawan, hingga Ormas Islam, dalam mendorong tradisi menjadi pilar moderasi beragama.

Kasubdit Seni, Budaya, dan Siaran Keagamaan Islam Kemenag RI Wida Sukmawati mengatakan moderasi selaras dengan nilai kemanusiaan yang penuh dengan kasih sayang. Moderasi ini diambil dari nilai luhur agama.

"Pada akhirnya moderasi sangat menjunjung kemanusiaan bagi orang beragama bahkan orang yang tidak beragama sekali pun," kata Wida dalam keterangannya di Jakarta, Rabu.

Wida menjelaskan Indonesia memiliki nilai luhur dengan berbagai macam keindahan budaya yang berkembang di masyarakat.

Keunggulan itu harus terus dipupuk dan dirawat dalam bingkai harmonisasi dan toleransi. Dengan demikian akan menjadi kekuatan terbesar Indonesia.

"Bangsa Indonesia dianugerahi kekayaan alam dan keragaman budaya, agama, suku, dan bahasa dari Sabang sehingga Merauke. Di Indonesia kita disajikan keindahan kerukunan dalam keberagaman," kata dia.

Baca juga: PP Muhammadiyah luncurkan buku "Jalan Baru Moderasi Beragama"

Kepala Kanwil Kemenag Provinsi Bali Komang Sri Marheni menyampaikan bahwa memadukan keindahan alam Bali dan tradisi Islam mampu memperdalam nilai-nilai spiritual masyarakat Islam Nusantara.

Komang Sri Marheni mengajak masyarakat untuk merenungkan Islam yang toleransi, menghargai keragaman, dan penuh kasih sayang.

"Sehingga kita bisa memberikan layanan spiritual dan dapat menjadi agen perubahan kebaikan agama dan bangsa," ujarnya.

Sementara itu, Guru Besar Pendidikan Islam Universitas PTIQ Jakarta Prof. Made Saihu mengatakan budaya memengaruhi cara individu memahami dan menerapkan nilai-nilai agama dalam kehidupan sehari-hari.

"Ekspresi budaya mendorong masyarakat meningkatkan kesadaran akan toleransi dan kerukunan yang mendukung terwujudnya moderasi beragama," kata Saihu.

Ia menjelaskan ada tiga landasan mengapa budaya selama ini sebagai pilar moderasi beragama.

Pertama, pengawal toleransi meminimalisir konflik berbasis agama. Kedua, perekat komunitas di masyarakat. Ketiga, budaya dapat mengubah perspektif dan memecah stereotip terkait agama.

"Tantangan modern menuntut bentuk perlindungan dan pelestarian budaya yang baru. Keterlibatan semua pihak diperlukan untuk memperkuat budaya sebagai pilar moderasi beragama," kata dia.

Baca juga: LKKS Muhammadiyah luncurkan buku Jalan Baru Moderasi Beragama
Baca juga: Kemenag akan bentuk Kampung Moderasi Beragama di 34 provinsi tahun ini

Pewarta: Asep Firmansyah
Editor: Triono Subagyo
Copyright © ANTARA 2024