Beijing (ANTARA) - Menteri Luar Negeri China Wang Yi menyebutkan tiga syarat yang harus dipenuhi agar hubungan negaranya dengan Amerika Serikat (AS) terjalin harmonis.

"Posisi kami berpijak pada tiga prinsip yang dikemukakan Presiden Xi Jinping, saling menghormati, hidup berdampingan secara damai dan kerja sama yang saling menguntungkan," kata dia dalam konferensi pers di Beijing, China, pada Kamis.

​​​​​​"Hal ini bukan hanya merupakan rangkuman dari pelajaran yang didapat dalam hubungan China-AS selama setengah abad terakhir, tetapi juga berdasar pemahaman tentang relasi negara-negara besar."

China dan AS adalah dua negara dengan perekonomian terbesar di dunia, tetapi keduanya terlibat perang dagang setidaknya sejak 2018 dan dilanjutkan dengan pandemi COVID-19 yang berasal dari China menjadi bahan tuntutan AS ditambah dengan masalah geopolitik lainnya.

"Hubungan China-AS berkaitan dengan kesejahteraan kedua bangsa dan masa depan umat manusia dan dunia. Tidak peduli bagaimana situasi internasional berubah, China selalu menjaga stabilitas dan kesinambungan kebijakannya terhadap AS dan selalu menangani hubungan China-AS dengan bertanggung jawab," ungkap Menlu Wang.

Secara khusus, kata dia, sikap saling menghormati merupakan prasyarat karena sistem sosial dan politik kedua negara berbeda, dan kerja sama kedua negara hanya dapat berlanjut jika AS dan China sama-sama menghormati dan mengakui perbedaan.

"Hidup berdampingan secara damai adalah inti dari hal ini, dan konsekuensi dari konflik maupun konfrontasi dua negara besar seperti China dan Amerika Serikat tidak dapat dibayangkan. Kerja sama yang saling menguntungkan adalah tujuannya, China serta AS dapat mencapai banyak hal penting dan akan bermanfaat bagi kedua negara dan dunia," kata Menlu Wang.

Sejak pertemuan Presiden China Xi Jinping dan Presiden AS Joe Biden pada November 2023 di San Francisco, Wang Yi mengatakan ada kemajuan yang dicapai dalam mempererat hubungan China-AS yang sejalan dengan kepentingan dan aspirasi masyarakat kedua negara dan dunia internasional.

"Namun, harus diingat bahwa persepsi keliru AS terhadap China ternyata masih terus berlanjut, janji-janji yang dibuat AS belum benar-benar dipenuhi. Metode untuk menindas China terus diperbarui, dan daftar sanksi secara sepihak terus diperluas, dan 'negative list' yang ditambahkan mencapai tingkat yang sulit dipercaya," ungkap Wang Yi.

Dia juga menyebut AS selalu mengatakan satu hal tetapi melakukan hal yang berbeda dengan pernyataannya tersebut.

"Kalau begitu, lantas apa kredibilitasnya sebagai negara adidaya? Jika Amerika Serikat merasa gugup dan cemas ketika mendengar kata 'China', di manakah rasa percaya diri sebagai negara besar? Jika AS hanya menjaga kemakmurannya sendiri dan tidak membiarkan negara lain berkembang dengan baik, di mana kebenarannya sebagai negara besar?" kata Wan Yi.

"Jika AS bersikeras memonopoli rantai pasok bernilai tinggi dan hanya membiarkan China berada di rantai pasok kelas bawah, di manakah persaingan yang sehat? Tantangan bagi AS terletak pada dirinya sendiri, bukan pada China. Jika kalian bertekad menindas China, pada akhirnya kalian akan rugi sendiri," kata dia, melanjutkan.

Dia mendesak AS agar memandang perkembangan China secara obyektif dan rasional, secara aktif terlibat dalam kerja sama dengan China dan melaksanakan komitmennya sesuai dengan perkataan dan perbuatan.

"Kami akan menempatkan hubungan China-AS pada jalur pembangunan yang stabil, sehat dan berkelanjutan," katanya.

Mengingat pada 2024 adalah peringatan 45 tahun terjalinnya hubungan diplomatik antara China dan AS, Wang mengutip Xi yang mengatakan harapan hubungan China-AS terletak pada relasi rakyatnya.

"Kami selalu bersedia memperkuat dialog dan komunikasi dengan pihak AS, mendorong persahabatan antara semua lapisan masyarakat, membangun lebih banyak jembatan saling pengertian dan menghilangkan kesalahpahaman dan prasangka yang tidak perlu. Kami percaya bahwa kedua belah pihak dapat menemukan cara yang tepat agar dua negara besar yang berbeda dapat hidup berdampingan di dunia ini," kata dia.

Baca juga: Beijing tanggapi kekhawatiran ASEAN-Australia soal Laut China Selatan
Baca juga: Biden: Mobil China bisa mata-matai orang Amerika

 

Pewarta: Desca Lidya Natalia
Editor: Anton Santoso
Copyright © ANTARA 2024