Riyadh (ANTARA News) - Perempuan Arab Saudi semakin sering terlihat di belakang kemudi dan mengabaikan larangan mengemudi, menjelang kampanye nasional yang akan diselenggarakan oleh para penggiat perempuan pada akhir bulan ini, kata para saksi mata.

Sebuah video yang diunggah di jejaring sosial pekan ini menunjukkan seorang perempuan yang mengenakan penutup kepala dan wajah mengemudi di Riyadh saat pengendara motor laki-laki dan keluarganya memberinya "dua jempol" sebagai bentuk dukungan.

"Sejumlah perempuan sekarang mengemudi, tetapi tidak difilmkan," kata penggiat Khulud al- Fahd seperti dikutip dari AFP

"Saya melihat seorang perempuan di (kota bagian timur) Khobar mengemudi. Hal ini makin dapat diterima dan tidak lagi ditolak seperti dulu," katanya.

Warga kota pelabuhan Laut Merah, Jeddah, mengatakan bahwa mereka makin sering melihat perempuan mengemudi di ibu kota komersial negara itu yang dikenal lebih terbuka dibandingkan daerah lain di kerajaan ultra - konservatif itu.

Penggiat perempuan Arab Saudi merencanakan sebuah inisiatif pada 26 Oktober nanti untuk menentang larangan lama perempuan mengemudi.

Minggu lalu, tiga perempuan anggota badan penasehat Dewan Shura mengajukan rekomendasi agar larangan tersebut dicabut, kata salah satu dari mereka, Latifa al- Shaalan.

Rekomendasi mereka mendesak badan konsultatif kerajaan untuk
"mengakui hak perempuan untuk mengendarai mobil sesuai dengan prinsip-prinsip syariah (hukum Islam) dan aturan lalu lintas".

"Tidak ada hukum yang melarang perempuan dari mengemudi. Ini hanya soal tradisi," kata Shaalan .

Bulan lalu, seorang ulama Arab Saudi menuai gelombang cemooh dalam jaringan ketika ia memperingatkan bahwa perempuan yang mengemudi akan mempengaruhi indung telur mereka dan memicu "gangguan kesehatan" pada anak-anak mereka.

Raja Abdullah telah berhati-hati dalam melakukan perubahan, memperkenalkan pemilihan kota untuk pertama kalinya pada tahun 2005.

Pada bulan Januari, ia menunjuk 30 anggota perempuan untuk pertama kalinya menjadi anggota Dewan Syura, yang memberikan saran pada dirinya tentang kebijakan. Jumlah total anggota dewan itu adalah 150 orang.

Sebuah petisi yang ditandatangani pada bulan Maret oleh tiga ribu rakyat Arab Saudi mendesak dewan untuk memulai diskusi tentang larangan perempuan tidak boleh mengemudi. Arab Saudi adalah satu-satunya negara yang memberlakukan hal itu.

Sebuah kampanye sebelumnya pada Juni 2011 menunjukan sejumlah perempuan sedang dihentikan oleh polisi dan dipaksa untuk menandatangani janji untuk tidak mengemudi lagi.

Seruan pada 2011 itu, yang menyebar melalui Facebook dan Twitter, adalah aksi massa terbesar sejak November 1990, ketika 47 perempuan Arab Saudi ditangkap dan dihukum setelah tertangkap di balik kemudi.

Selain larangan mengemudi, Arab Saudi juga memberlakukan pembatasan utama lainnya terhadap perempuan, termasuk persyaratan untuk menutupi diri mereka dari ujung kepala ke kaki di depan umum.

Penerjemah: Gusti Nur Cahya Aryani

Editor: Unggul Tri Ratomo
Copyright © ANTARA 2013