Jayapura (ANTARA) - Widyabasa Madya Balai Bahasa Papua Antonius Maturbongs berharap Majelis Rakyat Papua (MRP) mendukung penggunaan bahasa ibu atau bahasa lokal di Papua agar tidak punah akibat penuturnya yang semakin berkurang.

Dukungan dari lembaga tersebut sangat dibutuhkan mengingat ada beberapa bahasa mulai terancam punah akibat berkurangnya penutur.

"Memang benar ada beberapa bahasa yang dilaporkan punah dan terancam punah akibat jumlah penuturnya yang terus berkurang," kata Antonius Maturbongs kepada ANTARA di Jayapura, Senin.

Diakuinya untuk menghindari makin banyaknya bahasa yang hilang maka berbagai upaya telah dilakukan Balai Bahasa, di antaranya bekerja sama dengan pemda setempat membuat modul belajar bahasa daerah, seperti halnya yang dilakukan dengan Dinas Pendidikan Jayawijaya.

Saat ini bahasa Dani atau Baliem sudah diajarkan di seluruh sekolah dasar di Kabupaten Jayawijaya, walaupun untuk tahap awal baru diajarkan di kelas satu.

Baca juga: Kemendikbudristek: 11 bahasa daerah di Indonesia alami kepunahan

Baca juga: Balai Bahasa: Tiga bahasa lokal di Kota Jayapura terancam punah


Padahal saat ini jumlah bahasa Dani atau Baliem merupakan yang terbanyak penuturnya karena digunakan di setiap kesempatan baik oleh generasi muda maupun orang tua.

Selain bahasa Dani, yang jumlah penuturnya juga banyak yaitu bahasa Mee di Provinsi Papua Tengah.

"Mudah-mudahan dengan berbagai upaya yang dilakukan oleh para pihak maka keberadaan bahasa daerah atau lokal tetap bertahan dan tidak mengalami kepunahan," harap Antonius Maturbongs.

Ditambahkan, bahasa yang sudah punah di tanah Papua yaitu bahasa Tandia di Teluk Wondama, Mapia di Kabupaten Supiori dan Mawes di Kabupaten Sarmi.

Selain itu juga bahasa Air Matoa di Kaimana, Papua Barat diduga sudah punah karena saat dilakukan penelitian tahun 2010 terungkap hanya ada satu penutur bahasa itu dan usianya sudah lanjut, jelasnya.

Baca juga: Balai bahasa: Empat bahasa lokal di Tanah Papua punah

Baca juga: Melestarikan bahasa lokal yang terancam punah di Papua

Pewarta: Evarukdijati
Editor: Riza Mulyadi
Copyright © ANTARA 2024