Kopi kalong ini dikumpulkan dari kotoran atau muntahan kalong, saat musim panen kopi tiba banyak kalong yang makan buah kopi.
Rejang Lebong, Bengkulu (ANTARA) - Dewan Pengurus Daerah Aliansi Masyarakat Adat Nusantara (DPD AMAN) Kabupaten Rejang Lebong, Provinsi Bengkulu mengembangkan usaha kopi yang dikumpulkan dari kotoran kalong sejenis kelelawar yang mereka namakan "kopi kalong".

Ketua DPD AMAN Kabupaten Rejang Lebong Khairul Amin, di Rejang Lebong, Senin, mengatakan kopi kalong ini dikumpulkan dari perkebunan kopi yang berada di Desa Adat Cawang Lama, Kecamatan Selupu Rejang oleh masyarakat adat setempat.

"Kopi kalong ini dikumpulkan dari kotoran atau muntahan kalong, saat musim panen kopi tiba banyak kalong yang makan buah kopi. Kotoran ini dikumpulkan oleh petani di sarang-sarang kalong," kata dia lagi.

Dia menjelaskan, pengembangan usaha kopi kalong tersebut mulai dirintis oleh Badan Usaha Masyarakat Adat (BUMA) Rejang Lebong sejak setahun belakangan, dengan petani yang mengumpulkannya sebanyak lima orang.

Kopi kalong itu, kata dia, mereka beli dari petani pengumpul seharga Rp150 ribu hingga Rp200 ribu per kg, dan setelah dibersihkan dengan cara dicuci dan jemur kembali dijual kepada pembeli dalam biji kopi kering (green bean) seharga Rp400 ribu sampai Rp500 ribu per kg.

Pengembangan kopi kalong yang sudah dilaksanakan oleh BUMA AMAN Kabupaten Rejang Lebong itu baru fokus pada penjualan biji kopi kering, karena untuk mengumpulkannya dalam satu musim kopi paling banyak 20 kg.

"Kopi kalong ini betul-betul alami, beda dengan kopi luwak yang binatangnya bisa dipelihara. Kalau ini kalong yang ada di alam liar sehingga aroma kopinya sangat khas," kata dia lagi.

Menurut dia, BUMA AMAN Kabupaten Rejang Lebong selain mengembangkan usaha kopi kalong, juga usaha pengolahan kopi bubuk jenis robusta kualitas asalan yang diberi nama "Jang Kupi" seharga Rp100 ribu sampai Rp110 ribu per kg.

Dia berharap dengan adanya usaha pengolahan kopi itu bisa meningkatkan pendapatan masyarakat Kecamatan Selupu Rejang yang mayoritas berprofesi sebagai petani kopi, apalagi di wilayah itu juga ada eks perkebunan kopi swasta seluas 300 hektare yang pengelolaannya dikembalikan kepada masyarakat setempat.
Baca juga: Bencoolen Coffee buka lima gerai di Malaysia
Baca juga: UMKM kopi Bengkulu bangkit setelah nyaris bangkrut


Pewarta: Nur Muhamad
Editor: Budisantoso Budiman
Copyright © ANTARA 2024