Pangkalpinang (ANTARA) - Pemerintah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung membentuk satuan tugas (satgas) penanganan konflik manusia dan satwa liar, karena adanya peningkatan kasus buaya menyerang warga di daerah itu.
"Kita sudah membentuk satgas khusus untuk menangani konflik antara manusia dan satwa liar khususnya buaya," kata Kepala Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan (DLHK) Provinsi Kepulauan Babel Fery Afriyanto di Pangkalpinang, Kamis.
Baca juga: BKSDA Sultra bentuk Satgas penanganan konflik manusia dan satwa liar
Ia mengatakan pembentukan satgas khusus penanganan konflik manusia dan satwa liar karena dalam tiga tahun terakhir ini kasus serangan buaya ke manusia yang mengalami peningkatan sebagai dampak kerusakan lingkungan tempat habitat buaya dan satwa liar lainnya akibat penambangan bijih timah ilegal.
"Kita berharap dengan adanya satgas ini dapat mengoptimalkan penanganan konflik pascaserangan satwa liar tersebut," katanya.
Baca juga: BKSDA Aceh turunkan tim cegah konflik satwa dan manusia
Tim Garda Animilia Universitas Muhammadiyah Babel Bayu Nanda mengatakan dalam lima tahun terakhir ini tercatat 154 kasus konflik antara buaya dan manusia dengan rincian 48 penangkapan buaya, 66 serangan buaya nonfatal, dan 40 serangan buaya mengakibatkan korban tewas yang tersebar di Kabupaten Bangka, Bangka Barat, Bangka Tengah, Bangka Selatan, Belitung, Belitung Timur, dan Kota Pangkalpinang.
"Angka kasus konflik buaya dan manusia itu yang hanya terdata dan terekspos di media massa, sementara yang tidak terdata banyak sekali," katanya.
Baca juga: BKSDA Bengkulu catat 26 kejadian konflik manusia dengan satwa liar
Ia mengatakan ada banyak kasus serangan buaya yang tidak terdata, karena keluarga korban tidak mau mengekspos ke publik.
"Dalam pekan ini setidaknya kami bertemu tiga korban serangan buaya ini dan dari tiga korban tersebut hanya satu yang terdata, sementara dua lainnya tidak terdata," katanya.
Pewarta: Aprionis
Editor: Bambang Sutopo Hadi
Copyright © ANTARA 2024