Benar bahwa Kedutaan Besar Jerman di Kabul saat ini tutup,"
Berlin (ANTARA News) - Kementerian Luar Negeri Jerman hari Kamis membenarkan penutupan kedutaan besarnya di Afghanistan namun menolak berkomentar mengenai laporan media bahwa misi itu ditutup karena ancaman keamanan.

"Benar bahwa Kedutaan Besar Jerman di Kabul saat ini tutup," kata seorang juru bicara kementerian itu kepada AFP, mengkonfirmasi sebuah laporan di harian Die Welt.

Namun, juru bicara itu tidak bersedia menanggapi laporan Die Welt bahwa kedutaan itu ditutup selama "beberapa hari" setelah ada peringatan mengenai serangan teroris dari dinas intelijen Jerman (BND).

"Menurut informasi kami, BND belum lama ini memperingatkan kementerian luar negeri mengenai risiko serangan teroris oleh muslim garis keras di Kabul," tulis harian itu.

Indikasi mengenai serangan dalam waktu dekat "konkrit" dan "serius", tambah surat kabar itu.

Dengan penempatan sekitar 4.000 prajurit di Afghanistan, Jerman merupakan penyumbang terbesar ketiga bagi Pasukan Bantuan Keamanan Internasional (ISAF) pimpinan NATO.

Presiden Afghanistan Hamid Karzai dan negara-negara Barat pendukungnya telah sepakat bahwa semua pasukan tempur asing akan kembali ke negara mereka pada akhir 2014, namun Barat berjanji memberikan dukungan yang berlanjut setelah masa itu dalam bentuk dana dan pelatihan bagi pasukan keamanan Afghanistan.

NATO bertujuan melatih 350.000 prajurit dan polisi Afghanistan pada akhir 2014 untuk menjamin stabilitas di negara itu, namun tantangan-tantangan tetap menghadang dalam proses peralihan itu.

Desersi, penugasan yang buruk dan semangat rendah termasuk diantara masalah utama yang menyulitkan para komandan NATO dan Afghanistan.

Pada Oktober 2011, Taliban berjanji akan berperang sampai semua pasukan asing meninggalkan Afghanistan.

Taliban, yang memerintah Afghanistan sejak 1996, mengobarkan pemberontakan sejak digulingkan dari kekuasaan di negara itu oleh invasi pimpinan AS pada 2001 karena menolak menyerahkan pemimpin Al Qaida Osama bin Laden, yang dituduh bertanggung jawab atas serangan di wilayah Amerika yang menewaskan sekitar 3.000 orang pada 11 September 2001.

Sekitar 130.000 personel Pasukan Bantuan Keamanan Internasional (ISAF) pimpinan NATO yang berasal dari puluhan negara dikirim ke Afghanistan untuk membantu pemerintah Kabul memerangi pemberontakan Taliban dan sekutunya.

Gerilyawan Taliban sangat bergantung pada penggunaan bom pinggir jalan dan serangan bunuh diri untuk melawan pemerintah Afghanistan dan pasukan asing yang ditempatkan di negara tersebut.

Bom rakitan yang dikenal sebagai IED (peledak improvisasi) mengakibatkan 70-80 persen korban di pihak pasukan asing di Afghanistan, menurut militer.
(Uu.M014)

Editor: Tasrief Tarmizi
Copyright © ANTARA 2013