Beberapa hal perlu dilakukan secara terus menerus, khususnya untuk mencegah terjadinya konflik. Pertama adalah penyadartahuan bagi masyarakat tentang risiko konflik
Jakarta (ANTARA) - Ekolog satwa liar Sunarto mengatakan sosialisasi risiko konflik perlu dilakukan kepada masyarakat sebagai salah satu langkah untuk menekan terjadinya konflik harimau dan manusia, seperti yang terjadi baru-baru ini di Lampung Barat.

"Beberapa hal perlu dilakukan secara terus menerus, khususnya untuk mencegah terjadinya konflik. Pertama adalah penyadartahuan bagi masyarakat tentang risiko konflik," kata Sunarto menjawab pertanyaan ANTARA dari Jakarta, Jumat.

Ia mengatakan peningkatan kapasitas dapat dilakukan, terutama terkait langkah pencegahan, dan jika diperlukan cara untuk menangani konflik.

"Kolaborasi multipihak sangat diperlukan untuk ini," ujar Sunarto yang berpengalaman sebagai rekanan riset di Research Center for Biodiversity, Institute for Sustainable Earth and Resources (ISER) Universitas Indonesia (UI).

Baca juga: Pakar sebut isu habitat salah satu faktor konflik harimau-manusia

Beberapa faktor berpengaruh dengan terjadinya konflik antara harimau dan manusia yaitu masalah dari individu harimau itu sendiri. Contohnya, harimau yang sakit cenderung mengalami kesulitan berburu seperti biasa dan individu jantan muda yang mencari wilayah jelajah baru juga cenderung mengalami konflik dengan manusia atau ternak.

Terdapat pula faktor habitat yang bersinggungan dengan daerah aktivitas manusia seperti permukiman atau perkebunan. Terdapat pula faktor manusia, kata dia,  dimana sebenarnya potensi konflik dapat dicegah jika manusia memiliki pemahaman tentang keberadaan dan perilaku harimau.

Beberapa contoh, kata dia, kiat menghindari mencegah konflik antara harimau yang bisa dilakukan manusia, seperti selalu menyadari posisi dan bersama rekan jika berada di wilayah jelajah harimau. Selain itu satwa juga perlu diberi ruang gerak untuk menghindari manusia dengan tidak mengusik habitat mereka, terutama di wilayah dilindungi.

Baca juga: KLHK: Tim turunkan penembak bius atasi konflik harimau-manusia

Sebelumnya beberapa waktu terakhir telah terjadi konflik Harimau Sumatera (Panthera tigris sumatrae) dengan masyarakat sekitar di wilayah Kabupaten Lampung Barat dengan serangan terbaru dilaporkan pada 11 Maret 2024.

Dalam pernyataan kepada ANTARA, Dirjen Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem (KSDAE) Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) Satyawan Pudyatmoko meminta agar masyarakat tetap tenang karena tim gabungan sudah diturunkan untuk menangani isu tersebut.

"Ke depan kita harus bisa berbagi ruang dengan berbagai hidupan liar, karena mereka juga mempunyai fungsi dan peran dalam sistem penyangga kehidupan," kata Satyawan pada Kamis (14/3).

Baca juga: Pemprov Lampung beri bantuan Satgas Penanggulangan Konflik Satwa
Baca juga: Dinsos Lampung ajukan pemberian santunan bagi korban terkaman harimau


Pewarta: Prisca Triferna Violleta
Editor: Risbiani Fardaniah
Copyright © ANTARA 2024