Berlanjutnya surplus neraca perdagangan mencerminkan posisi eksternal Indonesia yang masih cukup resilien di tengah gejolak perekonomian global yang masih tinggi. Kendati demikian, Pemerintah akan terus mengantisipasi risiko global yang ada untuk mem
Jakarta (ANTARA) - Kementerian Keuangan (Kemenkeu) menyatakan akan terus memantau perkembangan perekonomian global untuk menjaga surplus negara perdagangan Indonesia.

“Berlanjutnya surplus neraca perdagangan mencerminkan posisi eksternal Indonesia yang masih cukup resilien di tengah gejolak perekonomian global yang masih tinggi. Kendati demikian, Pemerintah akan terus mengantisipasi risiko global yang ada untuk memitigasi dampaknya pada ekonomi nasional,” kata Kepala Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Kementerian Keuangan Febrio Kacaribu di Jakarta, Sabtu.

Neraca perdagangan pada Februari melanjutkan surplus sebesar 0,87 miliar dolar AS. Secara kumulatif, surplus neraca perdagangan Indonesia pada periode Januari–Februari 2024 mencapai 2,87 miliar dolar AS.

Nilai ekspor Indonesia pada Februari 2024 mencapai 19,31 miliar dolar AS, turun sebesar 9,45 persen (year-on-year/yoy). Penurunan ini terutama bersumber dari ekspor nonmigas sebesar 10,15 persen (yoy), akibat penurunan ekspor batubara, besi dan baja, serta minyak sawit. Moderasi harga komoditas dan penurunan volume perdagangan global menjadi penyebab menurunnya ekspor nonmigas Indonesia.

Secara sektoral, penurunan terjadi pada ekspor produk industri pengolahan sebesar 11,49 persen (yoy) serta sektor pertambangan dan lainnya sebesar 7,54 persen (yoy), sementara sektor pertanian tumbuh 16,91 persen (yoy).

Adapun secara kumulatif, total ekspor pada periode Januari–Februari 2024 mencapai 39,80 miliar dolar AS.

Di sisi lain, impor Indonesia di bulan Februari 2024 tercatat sebesar 18,44 miliar dolar AS, tumbuh 5,84 persen (yoy). Peningkatan impor didorong oleh sektor nonmigas yang tumbuh 14,42 persen (yoy) dan sektor migas sebesar 23,82 persen (yoy). Peningkatan impor juga dipengaruhi oleh kenaikan impor komoditas utama seperti bahan baku plastik, mesin/peralatan mekanis, dan mesin/perlengkapan elektrik.

Dari sisi penggunaan, peningkatan impor terutama berasal dari impor barang konsumsi sebesar 36,49 persen (yoy), barang modal sebesar 18,52 persen (yoy), dan impor bahan baku/penolong sebesar 12,82 persen (yoy). Tren peningkatan impor pada awal tahun 2024 menjadi sinyal membaiknya aktivitas ekonomi domestik.

Sementara impor nonmigas masih didominasi oleh China, Jepang, dan Thailand dengan share masing-masing sebesar 38,29 persen; 7,54 persen; dan 6,44 persen.

Secara kumulatif, total impor Indonesia pada periode Januari–Februari 2024 mencapai 39,93 miliar dolar AS.

“Pemerintah akan terus memantau dampak perlambatan global terhadap ekspor nasional dan menyiapkan langkah antisipasi melalui dorongan terhadap keberlanjutan hilirisasi SDA, peningkatan daya saing produk ekspor nasional, serta diversifikasi mitra dagang utama,” kata Febrio.

Baca juga: Kemenkeu pastikan aspirasi soal bea cukai impor akan dipertimbangkan
Baca juga: Kemenkeu: Minat lelang SUN 2,45 kali lipat dari target
Baca juga: Kemenkeu: Penyusunan APBN 2025 sesuai prosedur

 

Pewarta: Imamatul Silfia
Editor: Ahmad Buchori
Copyright © ANTARA 2024