Lhasa (ANTARA) - Sejumlah upacara pertanian musim semi tahunan digelar pada Sabtu (16/3) di berbagai area pertanian di Daerah Otonom Xizang, China barat daya, yang memadukan tradisi dengan berbagai praktik pertanian modern.

Di Desa Punsum di wilayah Qonggyai, Kota Shannan, kesunyian di ladang-ladang dataran tinggi pecah oleh suara deru traktor. Hampir 30 unit traktor terlihat berderet dalam formasi yang teratur saat para penduduk desa mengalungkan hadas putih, syal sutra tradisional Tibet, yang melambangkan kemurnian dan keberuntungan, kepada pengemudi.

Salah satunya adalah Gyapel Tsering (56), pengemudi traktor yang mengenakan topi kerucut berwarna kuning dan pakaian wol hitam.

Sekitar pukul 10.00 waktu setempat, traktor miliknya, yang dihiasi rumbai berwarna merah dan lonceng yang mirip dengan hiasan yang dulu dipasang di yak pembajak tanah selama ribuan tahun di Xizang, memimpin perjalanan menuju ladang yang subur di tengah kepulan asap dupa khas Tibet.

"Produksi pertanian desa kami telah sepenuhnya dimekanisasi, yang secara signifikan memangkas waktu yang dibutuhkan untuk membajak tanah dari 10 hari lebih menjadi beberapa hari saja," urai Gyapel Tsering, yang telah memperoleh traktornya lebih dari satu dekade lalu dan mengelola lahan panen seluas 12 mu (sekitar 0,8 hektare).

Desa Punsum memiliki populasi sebanyak 696 jiwa dan lahan garapan seluas lebih dari 1.300 mu (sekitar 86,6 hektare), menurut Dawa, sekretaris Partai di desa tersebut.

"Kami terutama menanam varietas jelai dataran tinggi yang berkualitas tinggi. Hasil panen per mu di ladang kami mencapai sekitar 300 kilogram, menandai peningkatan hampir 50 kilogram dibandingkan tahun-tahun sebelumnya," ujar Dawa.

Dengan meluasnya pengadopsian mekanisasi pertanian, metode pembajakan tanah tradisional, yang dikenal sebagai "dua ekor yak memikul kuk", berangsur-angsur menghilang. Namun, di Desa Gyaimain, yang terletak sekitar 10 km dari Punsum, praktik kuno itu masih diperingati dalam upacara pertanian musim semi.

Warga desa bernama Wangdu (67) pada Sabtu bangun lebih awal untuk menyiapkan yak pembajak tanah miliknya untuk upacara tersebut.

"Upacara pembajakan tanah itu merupakan salah satu acara paling penting pada tahun ini, yang dihadiri oleh seluruh warga desa," tuturnya kepada Xinhua.

Di sebuah ladang terdekat, 12 pria, yang dikelilingi oleh lebih dari 100 warga desa, menyanyikan lagu-lagu tradisional sambil menuntun yak mereka untuk membajak alur tanah pertama pada 2024.

"Setiap musim semi, kami terus mengadakan upacara itu untuk melestarikan budaya pertanian area dataran tinggi kami dengan lebih baik lagi," kata Thubten, kepala komite desa tersebut.

Wilayah Qonggyai menargetkan untuk membudidayakan area biji-bijian seluas 19.900 mu pada tahun ini, yang terutama berfokus pada jelai dataran tinggi, menurut biro pertanian dan urusan pedesaan wilayah tersebut.

Sejak awal musim semi, berbagai kota kecil dan desa di wilayah tersebut mengorganisasi para personel teknis untuk menginspeksi dan memelihara mesin-mesin pertanian, serta mengangkut benih-benih berkualitas tinggi, seperti jelai dataran tinggi dan gandum, guna memastikan kelancaran kegiatan pembajakan musim semi.

Data dari departemen pertanian dan urusan pedesaan regional menunjukkan bahwa Xizang telah menetapkan lahan pertanian berstandar tinggi seluas 4,3 juta mu hingga 1 Desember tahun lalu, dengan rencana untuk menambah 320.000 mu lagi pada 2024.

Output biji-bijian di daerah otonom tersebut tetap stabil di angka lebih dari 1 juta ton selama sembilan tahun berturut-turut.

Pewarta: Xinhua
Editor: M Razi Rahman
Copyright © ANTARA 2024