Penghalang perdamaian

Puncaknya, Pemimpin Mayoritas Senat Chuck Schumer yang juga politisi Yahudi paling senior di Amerika Serikat, menyebut Netanyahu penghalang proses perdamaian dan oleh karena itu harus disingkirkan dari kekuasaan, dengan mempercepat pemilu Israel yang sedianya digelar akhir Oktober 2026.

Schumer menyatakan pemerintahan Netanyahu sudah tak diinginkan negaranya, sementara rakyat Israel kini diperangkap oleh visi pemerintahannya yang terjebak masa lalu.

Pandangan Schumer itu sejalan dengan laporan intelijen AS yang menyatakan pemerintahan koalisi kanan jauh dan ultra ortodoks pimpinan Netanyahu berada dalam bahaya besar.

Mereka juga menyimpulkan bahwa ketidakpercayaan terhadap Netanyahu sudah kian luas.

Opini publik di Israel sendiri menunjukkan 70 persen rakyat menginginkan Netanyahu mundur, entah sekarang atau setelah berakhirnya perang melawan Hamas di Gaza.

Biden sendiri mengamini pandangan Schumer, dengan menyebut pandangan tokoh penting Partai Demokrat di Senat itu mencerminkan keprihatinan dan kekhawatiran rakyat Amerika Serikat.

Pemerintah Biden sendiri tengah menghadapi tekanan publik kuat karena dianggap tidak adi terhadap Palestina.

Biden mungkin tak mempedulikan kritik dunia, tapi dia tak bisa menganggap sepi kritik dari dalam negeri berkaitan dengan sikapnya di Gaza. Apalagi dia menghadapi Pemilu melawan Donald Trump.
 
Foto arsip - Debat calon presiden antara Donald Trump dan Joe Biden lewat siaran televisi ABC News disaksikan dari sebuah rumah di Silver Spring, Maryland, pada 29 September 2020. (Elvert Barnes via Flickr.)

Baca juga: Muslim Amerika perluas kampanye #abandonbiden agar kalah pemilu

Biden tahu pasti ketidakpuasan pemilih bakal mempersulit upaya dia dalam mengalahkan Trump pada pemilihan presiden tahun ini.

Di antara kelompok masyarakat AS yang kritis soal Gaza adalah para pemilih muda, penduduk Muslim di negara itu, dan kalangan progresif dalam struktur pemilih Partai Demokrat.

Tak heran Biden belakangan kain kencang mengkritik Netanyahu.

Dua hari lalu pada Senin 17 Maret, Biden akhirnya berbicara dengan Netanyahu. Kontak di antara mereka ini malah kian menguatkan perbedaan pandangan di antara kedua pemimpin.

Biden menolak operasi militer di Gaza, sebaliknya Netanyahu ngotot melakukannya dengan menganggap penentangan terhadap operasi militer di Rafah sama artinya menyerah total kepada Hamas.

Penasihat Keamanan Amerika Serikat Jake Sullivan seketika menampik argumen Netanyahu sebagai tak masuk akal.

Meski tak pernah berani meluluskan resolusi dewan keamanan PBB yang memojokkan Israel, sikap pemerintah AS ini memberi harapan bahwa ekstremisme Netanyahu tak dibiarkan merusak prospek damai di Timur Tengah dan solusi langgeng untuk konflik Palestina-Israel.

Baca juga: AS akui betapa gawat "krisis kemanusiaan" di Gaza
Baca juga: Pemimpin Amerika Latin serentak kecam "genosida" Israel di Jalur Gaza

Copyright © ANTARA 2024