....arus modal masuk ke pasar saham membatasi keseluruhan nilai arus modal keluar.
Jakarta (ANTARA) -
Ekonom Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia (LPEM FEB UI) Teuku Riefky mengatakan sentimen positif investor terhadap prospek pertumbuhan Indonesia terjaga sehingga mendukung arus modal masuk ke pasar keuangan domestik.
 
"Seiring dengan terjaganya sentimen positif oleh investor terhadap prospek pertumbuhan Indonesia dan menurunnya ketidakpastian pascahasil quick-count (hitung cepat) pemilu presiden, arus modal masuk ke pasar saham membatasi keseluruhan nilai arus modal keluar," kata Riefky di Jakarta, Rabu.
 
Secara kumulatif, Indonesia mengalami arus modal keluar sebesar 0,89 miliar dolar AS selama pertengahan Februari hingga pertengahan Maret 2024.
 
Perkembangan nilai tersebut diperoleh dari arus modal masuk di pasar saham sebesar 0,50 miliar dolar AS pada periode yang sama.
   
Sementara itu sejak pertengahan Februari 2024, Indonesia mengalami arus modal keluar dari pasar obligasi yang mencapai 1,39 miliar dolar AS.
 
Riefky menuturkan bahwa bergesernya sentimen ke arah penundaan pemangkasan suku bunga acuan oleh bank sentral Amerika Serikat (AS) atau The Fed memicu arus modal keluar dari berbagai negara berkembang, termasuk Indonesia.
 
Tetapi, akibat semakin rendahnya porsi kepemilikan asing, intervensi aktif oleh Bank Indonesia (BI), dan permintaan domestik yang masih solid cenderung membatasi dampak dari arus modal keluar terhadap imbal hasil surat utang pemerintah.

Baca juga: BI sebut modal asing keluar bersih di Indonesia capai Rp13,61 triliun
 
Saat ini, porsi kepemilikan asing pada surat utang pemerintah hanya sekitar 14,4 persen, jauh lebih rendah dari porsi asing pada 2019 yang mencapai hampir 40 persen.
 
Selama periode pekan kedua Februari hingga pekan kedua Maret 2024, imbal hasil surat utang pemerintah tenor 10 tahun cenderung stabil di 6,70 persen, sedangkan imbal hasil tenor 1 tahun bahkan menurun dari 6,21 persen ke 6,16 persen.

Pewarta: Martha Herlinawati Simanjuntak
Editor: Nusarina Yuliastuti
Copyright © ANTARA 2024