Dengan kondisi pendangkalan ini, maka aktivitas kapal-kapal nelayan lumayan terganggu.
Belitung (ANTARA) - Kolam labuh Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN) Tanjung Pandan, Kabupaten Belitung, Provinsi Kepulauan Bangka Belitung (Babel), mengalami sedimentasi atau pendangkalan, sehingga menyulitkan manuver dan olah gerak kapal nelayan di pelabuhan ini.

"Dengan kondisi pendangkalan ini, maka aktivitas kapal-kapal nelayan lumayan terganggu," kata Kepala PPN Tanjung Pandan Arif Usman, di Tanjung Pandan, Rabu, usai menghadiri Rapat Koordinasi Teknis Solusi Pendangkalan Daerah Aliran Sungai (DAS) Cerucuk.

Menurut Arif, kondisi idealnya kolam labuh PPN Tanjung Pandan hanya menampung sebanyak 200 kapal, sedangkan kondisi yang ada saat ini sebanyak 350 kapal berlabuh dan mendaratkan ikan di PPN Tanjung Pandan.

Hal itu diperparah dengan kondisi sedimentasi atau pendangkalan di sekitar kolam labuh dan DAS Cerucuk.

"Sehingga kondisi ini semakin mempersempit ruang manuver dan olah gerak kapal-kapal nelayan di PPN Tanjung Pandan," ujarnya pula.

Untuk itu, PPN Tanjung Pandan menggagas upaya percepatan normalisasi DAS Cerucuk guna mendukung kelancaran lalu lintas kapal di kawasan tersebut.

"Maka kami coba ikhtiarkan bekerja sama dengan pemerintah daerah dan instansi di kanan kiri dan saling sinergi menyuarakan sama-sama," katanya lagi.

Dia menyatakan, Sungai Cerucuk merupakan objek vital dan telah menjadi urat nadi perekonomian Belitung.

"Dampak dari pendangkalan Sungai Cerucuk bukan hanya dirasakan PPN saja, karena kita bicara kawasan, mulai dari Pertamina di hulu dan Pelindo Tanjung Pandan. Sungai Cerucuk ini adalah urat nadi perekonomian Belitung, BBM masuk dari luar pulau lewat Sungai Cerucuk, logistik masuk lewat Sungai Cerucuk, dan barang-barang yang mau dikirim ke luar daerah lewat Sungai Cerucuk," ujarnya pula.

Menurut Arif, apabila kondisi Sungai Cerucuk terus mengalami sedimentasi atau pendangkalan, maka ekonomi Pulau Belitung bisa lumpuh.

"Inilah yang saya suarakan, dan alhamdulillah disambut baik oleh pemerintah daerah, dan ikhtiar selanjutnya adalah kami berkoordinasi ke pemerintah provinsi," katanya lagi.

Arif menyampaikan, saat ini kondisi kedalaman kolam labuh PPN Tanjung Pandan pada saat surut terendah adalah 0,75 centimeter sampai 1 meter, sedangkan pada saat pasang tertinggi adalah 2,5 meter sampai 3 meter.

Oleh karena itu, dengan dilakukan normalisasi diharapkan kedalaman kolam labuh PPN Tanjung Pandan pada saat kondisi surut terendah adalah 1,5 meter.

"Kalau draf 1,5 meter di tempat kami akan memudahkan olah gerak kapal nelayan maupun kapal-kapal pengangkut," ujarnya lagi.

Kolam labuh PPN Tanjung Pandan terakhir pernah dilakukan pengerukan atau pendalaman pada tahun 2002 lalu.

Lokasi "dumping area" pengerukan kolam labuh PPN Tanjung Pandan pada 2002 lalu, kini telah menjadi bangunan gedung Kantor Dinas Perikanan Belitung.

Pengerukan terakhir di tahun 2002 itu pun hanya di lokasi di kolam, bukan di kawasan mulai dari hulu sampai hilir.
Baca juga: Ekspor kerapu hidup Belitung menuju Hongkong capai 101 ton
Baca juga: DKPP Belitung angkat potensi pangan lokal pengganti beras 

Pewarta: Kasmono
Editor: Budisantoso Budiman
Copyright © ANTARA 2024