Laut Natuna Utara merupakan perairan Indonesia yang masuk dalam Laut Tiongkok Selatan.
Jakarta (ANTARA) - Kepala Badan Keamanan Laut (Bakamla) RI Laksamana Madya TNI Irvansyah menyebut Indonesia bakal mengusulkan adanya latihan bersama coastguard se-ASEAN untuk memelihara stabilitas dan keamanan di Laut Tiongkok Selatan (LTS).

Irvansyah mengatakan bahwa usulan itu bakal dia sampaikan dalam ASEAN Coast Guard Forum yang pada tahun ini rencananya digelar di Davao, Filipina, pada bulan Juni 2024.

"Untuk kerja sama, kalau coastguard ini, saya punya rencana coastguard ASEAN ini melaksanakan juga latihan bersama seperti yang dilaksanakan oleh TNI seperti Garuda Shield," kata Irvansyah dalam acara diskusi yang digelar oleh Indonesia Strategic and Defence Studies (ISDS) sebagaimana dikutip dari rekamannya yang disiarkan di YouTube resmi ISDS, Jakarta, Rabu.

Irvansyah mengatakan bahwa latihan bersama merupakan salah satu cara membangun rasa percaya (mutual trust) dan rasa percaya diri (mutual confidence) badan penjaga pantai (coastguard) negara-negara ASEAN, terutama untuk negara-negara yang terlibat sengketa dengan Tiongkok di Laut Tiongkok Selatan.

Dalam acara diskusi yang sama, yang digelar secara virtual, Selasa (19/3), Irvansyah juga mengusulkan adanya pangkalan yang dibangun di tengah laut (sea base) untuk memperkuat pertahanan maritim Indonesia di Natuna Utara.

Laut Natuna Utara merupakan perairan Indonesia yang masuk dalam Laut Tiongkok Selatan. Tiongkok pada tahun lalu menerbitkan peta baru negaranya yang turut mengikutsertakan zona ekonomi eksklusif (ZEE) Indonesia di Laut Natuna Utara.

"Saya sempat berpikir, mungkin out of the box, apakah bisa kita membikin seperti stasiun atau pangkalan di tengah laut di perbatasan kita untuk kita pasang alat sensor untuk surveillance (pengawasan, red.), bisa juga untuk mampir kapal-kapal patroli, termasuk kapal TNI AL, kapal Bakamla, mungkin ada dari (kapal) perikanan bisa mampir di sama. Jadi, tidak banyak mondar-mandir,” kata Irvansyah.

Baca juga: China tegaskan AS tidak berhak ikut campur di Laut China Selatan
Baca juga: Hadi: Satuan TNI terintegrasi diperkuat demi antisipasi konflik di LCS


Sejauh ini, kapal-kapal yang berpatroli di Natuna Utara masih harus kembali berlayar ke pulau terdekat, yaitu di Ranai untuk mengisi bahan bakar. Menurut Irvansyah, situasi itu kurang efektif sehingga adanya pangkalan di tengah laut dapat memecahkan persoalan tersebut.

"Kapal kita bisa numpang sandar di sana untuk standby. Jadi, hemat bahan bakar," kata Kepala Bakamla RI.

Dalam acara yang sama, Irvansyah juga menekankan provokasi yang kerap terjadi di Laut Tiongkok Selatan harus direspons dengan hati-hati sehingga kapal-kapal sipil yang sebaiknya menjadi garda depan untuk merespons jika ada provokasi dari kapal-kapal asing.

"Kami sebagai Kepala Bakamla berpandangan untuk pertahanan di Laut Tiongkok Selatan tidak serta-merta harus kita mengedepankan TNI-nya. Yang kita hadapi ini lebih banyak kapal sipil, kapal-kapal ikan Vietnam, mungkin kapal coastguard-nya Tiongkok,” kata Irvansah.

Walaupun demikian, dia meyakini kemampuan TNI untuk menjaga perbatasan di Laut Natuna Utara tetap harus diperkuat karena itu yang hanya akan menjamin kedaulatan Indonesia dari berbagai ancaman di perbatasan.

"Kalau buat tenang hidup kita di Laut Tiongkok Selatan, atau di Natuna Utara, perkuat kekuatan TNI melebihi dari Tiongkok," kata Kepala Bakamla menutup pernyataannya.

Pewarta: Genta Tenri Mawangi
Editor: D.Dj. Kliwantoro
Copyright © ANTARA 2024